Martinus Jimung
Pendahuluan
Panggilan Tuhan terhadap setiap manusia spesifik dan setiap orang dipanggil
dengan tujuan dan cara yang berbeda-beda. Namun
sering kali orang tidak mengenal panggilan Tuhan itu.
Didalam kehidupan kekristenan, manusia dipanggilan Tuhan sebagai guru, imam,
tukang, petani, nelayan, suami-istri, gembala dan sebagainya. Tuhan memilih dan menetapkan setiap orang untuk memasuki panggilannya masing-masing, karena Tuhan menciptakan manusia unik dan berharga dimataNya (bdk. Yesaya,
43:4).
Keunikan panggilan Tuhan itu terletak pada ‘relasi pribadi’ antara orang yang terpanggil
dengan Tuhan yang memanggilnya. Relasi keduanya sangat ditentukan oleh
kehidupan rohani seseorang. Karena kerohanian sebagai dasar pangggilan Tuhan.
Panggilan Tuhan yang sejati harus lahir dari kesadaran iman dan kerelaan hati
dari setiap pribadi untuk menanggapi undangan Tuhan itu. Hal itu hanya bisa
terjadi bila setiap invidu yang siap menjawabi panggilan Tuhan memiliki kehidupan
rohani yang baik.
Kerohanian
Dasar Panggilan Tuhan
Panggilan Tuhan tidak sama dengan pekerjaan. Jika seseorang bekerja maka ia mengharapkan
upah sebagai imbalannya. Tetapi
panggilan Tuhan justru sebaliknya, Ia menuntut setiap individu untuk membayar harganya.
Untuk dapat mencapai panggilan Tuhan manusia harus rela membayar harganya, yakni kesediaan hatinya untuk rela
melepaskan segala keterikatan duniawi yang menghalangi jawababannya untuk
mengikuti dan melaksanakan panggilan Tuhan. Karena panggilan adalah sesuatu yang harus kita cari dan temukan di dalam hidup ini. Seberapa jauh manusia mau dan rela membayar harganya, sejauh itulah ia akan dapat masuk dalam panggilan Allah.
Untuk mengerti panggilan Allah dalam hidupnya, manusia perlu bertindak seperti orang yang sedang mencari harta yang terpendam. Nabi Yesaya mengungkapkan
hal ini dalam bab 43 ayat 3, yakni: ‘Aku akan
memberikan kepadamu harta benda yang terpendam dan harta kekayaan yang
tersembunyi, supaya engkau tahu bahwa Akulah Tuhan, Allah Israel yang memanggil
engkau dengan namamu’ (Yesaya,
43:3).
Allah ternyata menyediakan
bagi manusia bukan sekedar karier atau pekerjaan, tetapi suatu kehidupan yang lebih
dari itu, yaitu hidup dalam panggilan dan mengalami kehidupan yang sempurna seperti
yang Allah mau. Tanpa mencapai panggilan Allah, manusia belum menjalani kehidupan yang sesungguhnya.
Panggilan Tuhan terkadang membuat manusia lari dan bahkan tetap berada dalam jalurNya.
Tetapi banyak juga orang cenderung melihat panggilan
Tuhan suatu tantangan, masalah dan kelemahan sehingga ia melupakan
panggilan Tuhan itu. Bahkan jika manusia tidak waspada, maka ia akan
mendengarkan perkataan orang lain yang melemahkan sehingga pada
gilirannya ia melupakan dan lari dari
panggilan itu karena ia merasa seolah-olah
panggilan Tuhan atas hidupnya sulit
dicapai dan dijalani. Tetapi jika manusia mau untuk senantiasa melihat Janji Tuhan dalam panggilan itu, maka suatu waktu ia sampai
pada panggilannya. Manusia bisa sampai pada panggilan Tuhan karena Tuhan adalah Allah yang setia.
Tuhan telah memanggil setiap pribadi dengan panggilan masing-masing
secara khusus, baik itu dalam dunia sekuler
maupun rohani. Setiap manusia bisa mengetahui berbagai contoh di dalam Kitab
Suci tentang panggilan Tuhan. Hanya sekedar contoh, Daniel dipanggil untuk menjadi penasehat raja Darius, Nebukadnezar. Atau Yusuf dipanggil Tuhan sebagai penguasa di Mesir yang sukses mengelola
perekonomian Mesir. Yusuf juga
dipanggil menjadi seorang bendahara di negeri Mesir yang dengan kepintaranya Yusuf bisa
mengumpulkan bahan makanan dan kekayaan untuk memberi makan rakyatnya pada masa
kelaparan. Bahkan Yusuf dapat menjadi
orang yang memberi makan buat saudara-saudaranya pada saat masa kelaparan datang melanda bangsa-bangsa. Yusuf juga dipanggil Tuhan untuk menjadi suami yang mengasihi
istrinya. Yusuf adalah orang yang mengerti panggilannya karena ia
telah kelimpahan dalam hidup kerohaniannya.
Panggilan
pada setiap orang akan disempurnakan oleh Tuhan dari hari ke sehari. Panggilan
tidak akan bisa dikenali sesaat tetapi dari hari ke hari akan terus diperkuat
Tuhan. Tuhan akan membuka jalan dan panggilan Tuhan dalam hidup manusia akan semakin diperjelas oleh Roh Kudus. Panggilan Tuhan dalam hidup manusia harus sesuai dengan talenta. Sama halnya dengan kasih karunia selalu sesuai
dengan panggilan Tuhan sebab di dalam kasih karunia ada talenta dan kemampuan.
Kemampuan berbicara mengenai intelektual manusia secara jasmani. Panggilan sejalan dengan talenta yang Tuhan berikan kepada setiap pribadi. Allah akan menaruh
panggilan ke dalam hidup manusia dan hal itu akan bisa kita nikmati hasilnya. Allah orang kristiani bukan Allah yang kejam, Dia juga bukan Allah yang memberikan sesuatu
kepada manusia yang
langsung dinikmati. Namun didalam panggilan pasti ada sesuatu yang tidak manusia sukai, itu adalah beban panggilan.
Beban
tidak selamanya ditinggalkan atau dihindarkan, melainkan harus dipikul dalam
nama Tuhan. Karena Tuhan sendiri bersabda: ‘Barangsiapa
yang mau menjadi muridKu, dia harus siap memikul salibnya’. Salib akan
menjadi kebahagiaan bila manusia memiliki kekerohanian yang baik dalam
menanggapi dan mengikuti panggilan Tuhan.
Kesimpulan
Panggilan Tuhan dalam hidup manusia
harus lahir dari dasar hubungan pribadi dengan Tuhan, kemudian disambut dengan
kerelaan, iman, keberanian, ketabahan dan ketekunan menanggung beban pelayanan
termasuk segala persiapan yang diperlukan untuk menjadikan panggilan tersebut
berhasil. Kesemuanya dijalani dengan sepenuhnya memandang kepada Allah yang
setia, yang telah memanggilnya (bdk. 1 Tes. 5:24; 2 Tes. 3:1-3).
Disisi lain, menghayati sebuah
panggilan menjadi bagian yang terpenting dalam diri orang-orang terpanggil.
Tetapi apabila panggilan itu sudah tidak lagi menjadi bermakna ketika ia telah
dikaburkan oleh berbagai kesulitan, maka panggilan itu telah menjadi sesuatu
yang tanpa makna sama sekali. Kalau hal ini yang terjadi dalam diri seorang pengikut
Tuhan, maka ia sedang berada dalam keadaan bahaya karena pelayanan pekerjaan
Tuhan adalah pelayanan yang didasarkan atas panggilan.
Panggilan dalam arti yang
seluas-luasnya karena seorang dipanggil Tuhan memiliki kelimpahan kehidupan
rohani. Karena kerohanian sebagai dasar panggilan Tuhan itu sendiri.
Daftar
Pustaka
ALKITAB, 1993, Penerbit Lembaga ALKITAB Indonesia,
Jakarta.
Homrighausen E.G. & Enklaar I.H., 2004, Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Neill, Stephen, 1967, Budi Pekerti Kristen, Jakarta: BPK-Gunung Mulia.
Susanto Hasan, 2004, Homelitik, Prinsip dan Metode Berkotbah,
Jakarta: BPK-GM.
Wuellner,
Flora Slosson, 2012, Gembalakanlah Gembala-GembalaKu, (Terj D.P Sihotang), Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar