Senin, 23 November 2015

KEROHANIAN SEBAGAI DASAR PANGGILAN TUHAN



Martinus Jimung


Pendahuluan  
Panggilan Tuhan terhadap setiap manusia spesifik dan setiap orang dipanggil dengan tujuan dan cara yang berbeda-beda. Namun sering kali orang tidak mengenal panggilan Tuhan itu.
Didalam kehidupan kekristenan, manusia dipanggilan Tuhan sebagai guru, imam, tukang, petani, nelayan, suami-istri, gembala dan sebagainya. Tuhan memilih dan menetapkan setiap orang untuk memasuki panggilannya masing-masing, karena Tuhan menciptakan manusia unik dan berharga dimataNya (bdk. Yesaya, 43:4).
            Keunikan panggilan Tuhan itu terletak pada ‘relasi pribadi’ antara orang yang terpanggil dengan Tuhan yang memanggilnya. Relasi keduanya sangat ditentukan oleh kehidupan rohani seseorang. Karena kerohanian sebagai dasar pangggilan Tuhan. Panggilan Tuhan yang sejati harus lahir dari kesadaran iman dan kerelaan hati dari setiap pribadi untuk menanggapi undangan Tuhan itu. Hal itu hanya bisa terjadi bila setiap invidu yang siap menjawabi panggilan Tuhan memiliki kehidupan rohani yang baik.

Kerohanian Dasar Panggilan Tuhan
Panggilan Tuhan tidak sama dengan pekerjaan. Jika seseorang bekerja maka ia mengharapkan upah sebagai imbalannya. Tetapi panggilan Tuhan justru sebaliknya, Ia menuntut setiap individu untuk membayar harganya. Untuk dapat mencapai panggilan Tuhan manusia harus rela membayar harganya, yakni kesediaan hatinya untuk rela melepaskan segala keterikatan duniawi yang menghalangi jawababannya untuk mengikuti dan melaksanakan panggilan Tuhan. Karena panggilan adalah sesuatu yang harus kita cari dan temukan di dalam hidup ini. Seberapa jauh manusia mau dan rela membayar harganya, sejauh itulah ia akan dapat masuk dalam panggilan Allah.
            Untuk mengerti panggilan Allah dalam hidupnya, manusia perlu bertindak seperti orang yang sedang mencari harta yang terpendam. Nabi Yesaya mengungkapkan hal ini dalam bab 43 ayat 3, yakni: Aku akan memberikan kepadamu harta benda yang terpendam dan harta kekayaan yang tersembunyi, supaya engkau tahu bahwa Akulah Tuhan, Allah Israel yang memanggil engkau dengan namamu (Yesaya, 43:3).
            Allah ternyata menyediakan bagi manusia bukan sekedar karier atau pekerjaan, tetapi suatu kehidupan yang lebih dari itu, yaitu hidup dalam panggilan dan mengalami kehidupan yang sempurna seperti yang Allah mau. Tanpa mencapai panggilan Allah, manusia belum menjalani kehidupan yang sesungguhnya.
Panggilan Tuhan terkadang membuat manusia lari dan bahkan tetap berada dalam jalurNya. Tetapi banyak juga orang cenderung melihat panggilan Tuhan suatu tantangan, masalah dan kelemahan sehingga ia melupakan panggilan Tuhan itu. Bahkan jika manusia tidak waspada, maka ia akan mendengarkan perkataan orang lain yang melemahkan sehingga pada gilirannya ia melupakan dan lari dari panggilan itu karena ia merasa seolah-olah panggilan Tuhan atas hidupnya sulit dicapai dan dijalani. Tetapi jika manusia mau untuk senantiasa melihat Janji Tuhan dalam panggilan itu, maka suatu waktu ia sampai pada panggilannya. Manusia bisa sampai pada panggilan Tuhan karena Tuhan adalah Allah yang setia.
Tuhan telah memanggil setiap pribadi dengan panggilan masing-masing secara khusus, baik itu dalam dunia sekuler maupun rohani. Setiap manusia bisa mengetahui berbagai contoh di dalam Kitab Suci tentang panggilan Tuhan. Hanya sekedar contoh, Daniel dipanggil untuk menjadi penasehat raja Darius, Nebukadnezar. Atau Yusuf dipanggil Tuhan sebagai penguasa di Mesir yang sukses mengelola perekonomian Mesir. Yusuf juga dipanggil menjadi seorang bendahara di negeri Mesir yang dengan kepintaranya Yusuf bisa mengumpulkan bahan makanan dan kekayaan untuk memberi makan rakyatnya pada masa kelaparan. Bahkan Yusuf dapat menjadi orang yang memberi makan buat saudara-saudaranya pada saat masa kelaparan datang melanda bangsa-bangsa. Yusuf juga dipanggil Tuhan untuk menjadi suami yang mengasihi istrinya. Yusuf adalah orang yang mengerti panggilannya karena ia telah kelimpahan dalam hidup kerohaniannya.
            Panggilan pada setiap orang akan disempurnakan oleh Tuhan dari hari ke sehari. Panggilan tidak akan bisa dikenali sesaat tetapi dari hari ke hari akan terus diperkuat Tuhan. Tuhan akan membuka jalan dan panggilan Tuhan dalam hidup manusia akan semakin diperjelas oleh Roh Kudus. Panggilan Tuhan dalam hidup manusia harus sesuai dengan talenta. Sama halnya dengan kasih karunia selalu sesuai dengan panggilan Tuhan sebab di dalam kasih karunia ada talenta dan kemampuan.
            Kemampuan berbicara mengenai intelektual manusia secara jasmani. Panggilan sejalan dengan talenta yang Tuhan berikan kepada setiap pribadi. Allah akan menaruh panggilan ke dalam hidup manusia dan hal itu akan bisa kita nikmati hasilnya. Allah orang kristiani bukan Allah yang kejam, Dia juga bukan Allah yang memberikan sesuatu kepada manusia yang langsung dinikmati. Namun didalam panggilan pasti ada sesuatu yang tidak manusia sukai, itu adalah beban panggilan.
            Beban tidak selamanya ditinggalkan atau dihindarkan, melainkan harus dipikul dalam nama Tuhan. Karena Tuhan sendiri bersabda: ‘Barangsiapa yang mau menjadi muridKu, dia harus siap memikul salibnya’. Salib akan menjadi kebahagiaan bila manusia memiliki kekerohanian yang baik dalam menanggapi dan mengikuti panggilan Tuhan.

Kesimpulan
Panggilan Tuhan dalam hidup manusia harus lahir dari dasar hubungan pribadi dengan Tuhan, kemudian disambut dengan kerelaan, iman, keberanian, ketabahan dan ketekunan menanggung beban pelayanan termasuk segala persiapan yang diperlukan untuk menjadikan panggilan tersebut berhasil. Kesemuanya dijalani dengan sepenuhnya memandang kepada Allah yang setia, yang telah memanggilnya (bdk. 1 Tes. 5:24; 2 Tes. 3:1-3).
Disisi lain, menghayati sebuah panggilan menjadi bagian yang terpenting dalam diri orang-orang terpanggil. Tetapi apabila panggilan itu sudah tidak lagi menjadi bermakna ketika ia telah dikaburkan oleh berbagai kesulitan, maka panggilan itu telah menjadi sesuatu yang tanpa makna sama sekali. Kalau hal ini yang terjadi dalam diri seorang pengikut Tuhan, maka ia sedang berada dalam keadaan bahaya karena pelayanan pekerjaan Tuhan adalah pelayanan yang didasarkan atas panggilan.
Panggilan dalam arti yang seluas-luasnya karena seorang dipanggil Tuhan memiliki kelimpahan kehidupan rohani. Karena kerohanian sebagai dasar panggilan Tuhan itu sendiri.

Daftar Pustaka
ALKITAB, 1993, Penerbit Lembaga ALKITAB Indonesia, Jakarta.
Homrighausen E.G. & Enklaar I.H.,  2004, Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Neill, Stephen, 1967, Budi Pekerti Kristen, Jakarta: BPK-Gunung Mulia.
Susanto Hasan, 2004,  Homelitik, Prinsip dan Metode Berkotbah, Jakarta: BPK-GM.
Wuellner, Flora Slosson, 2012, Gembalakanlah Gembala-GembalaKu, (Terj D.P Sihotang),  Jakarta: BPK Gunung Mulia.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar