Martinus Jimung1, Anwar
Daud2, Syamsiar S.Russeng3
¹Dosen Tetap Akademi
Keperawatan Fatima Parepare Propinsi Sulawesi Selatan, ²Dosen Bagian Kesehatan
Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, ³Dosen Bagian
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin, Makassar
(Artikel ini telah dipublikasi pada Jurnal Kesehatan Bung, ISSN No. 2088-0340, Volume II, Edisi ke 4 Desember 2012)
Alamat
Korespondensi:
Martinus Jimung, S.Fil.M.Si,M.Kes
Perumnas Lompoe Wakke’E Blok H No. 154
Kota Madya Parepare
Sulawesi Selatan
HP : 081338486684
e-mail : jimungm@yahoo.co.id
ABSTRAK
Pencemaran udara oleh partikel
padat halus dalam bentuk debu dapat menurunkan kualitas lingkungan dan mengganggu kapasitas fungsi paru manusia
(Mwaiselage, 2004). Salah satu pencemar udara yang paling berbahaya bagi
kesehatan manusia adalah partikel debu berukuran lebih kecil
dari 2,5 mikron (PM2,5) dan partikel debu berukuran 2,5 – 10 mikron
(PM10) (Fardiaz,1992).
Penelitian ini bertujuan (1)
mengukur konsentrasi debu PM2,5, PM10 dan kapasitas
fungsi paru pada penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep, (2)
menganalisis hubungan antara kapasitas fungsi paru dengan Konsentrasi debu PM2,5
dan PM10, umur, jenis kelamin, riwayat pekerjaan, lama
tinggal, indeks masa tubuh dan kebiasaan merokok.
Penelitian ini menggunakan metode
observasional dengan rancangan cross
sectional. Sampel yang diambil sebanyak
52 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Data dianalisis dengan analisis univariat, bivariat dengan uji Chi
Square dengan tingkat kemaknaan α
= 0,05 dan multivariat melalui uji Regresi Logistik.
Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 pada pemukiman penduduk di sekitar
Pabrik Semen Tonasa pada lokasi Biringere 1, 2 dan Bontoa yang lebih dekat dari
pusat pabrik melebihi Baku Mutu Udara Ambien Nasional yang ditetapkan
Pemerintah dalam PP No. 41 Tahun 1999. Lokasi Mangilu yang jauh dari pusat
pabrik masih di bawah nilai ambang batas. Kejadiaan gangguan kapasitas fungsi
paru penduduk adalah 92,3%. Hasil uji Chi Square Test dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan
bermakna antara gangguan kapasitas fungsi paru pada penduduk di sekitar Pabrik
Semen Tonasa dengan lama tinggal (P = 0,006) dan kebiasaan merokok (P = 0,007)
dengan masing-masing nilai P < 0,05. Tidak ada
hubungan bermakna dengan umur, jenis
kelamin, riwayat pekerjaan dan indeks masa tubuh karena nilai P > 0.05.
Kata
Kunci
: Konsentrasi Debu PM2,5 dan PM10, Kapasitas Fungsi Paru
dan Penduduk di sekitar Pabrik Semen.
ABSTRACT
The
aim of the research is to measure dust concentration of PM2,5 and PM10
and lung function capacity of residents around Cement Tonasa Factory, Pangkep
and analyze the relationship between lung function capacity and dust
concentrations of PM2,5 and PM10, age, gender, employment
history, length of stay, body mass index, and smoking habits.
The
research was an observational study with cross sectional approach. The sample
consisted of 52 people. The data were analyzed by using univariate, bivariate
Chi Square with significant level of α = 0.05, and multivariate with Logistic
Regression test.
The
results of the research reveal that dust concentration of PM2,5 and
PM10 of residents around
Cement Tonasa Factory especially in the loction of Biringere 1, 2 and Bontoa
which are nearer the center of factory exceeds the National Ambien Air Quality
Standards set by the government in Government Regulation Number 41 Year 1999.
On the other hand, Mangilu
location which is farther from the center of Cement Factory is still below the
value of threshold level. The occurrence
of impaired lung function capacity is 92.3%.
The result of chi square test with significant level of α = 0.05
indicates that there is a significant relationship between impaired lung
function capacity of residents around Cement Tonasa Factory and length of stay
(P = 0.006) and smoking habit (P =
0.007) with the value of P < 0.05, but
there is no significant relationship with age, gender, employment
history, and body mass index since the
value of p is > 0.05.
Key
words:
Dust Concentration of PM2,5 and PM10, lung function
capacity, residents around Cement Tonasa Factory.
PENDAHULUAN
Debu merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran udara yang dapat
menimbulkan dampak terhadap kesehatan, harta benda, ekosistem maupun iklim (Budiman,
2007).
Umumnya gangguan kesehatan yang terjadi pada saluran pernapasan, kulit dan
organ penglihatan. Pencemaran udara oleh partikel
padat halus dalam bentuk debu ini dapat menurunkan kualitas
lingkungan, yang pada gilirannya dapat menurunkan kualitas fungsi paru
masyarakat (Mwaiselage, 2004).
Pabrik Semen Tonasa Pangkep Unit II, III dan IV merupakan
Pabrik Semen yang memproduksi Semen berkapasitas
5.780.000 ton semen pertahun berpotensial
untuk menyebabkan terjadinya pencemaran udara, terutama terhadap penduduk yang
berada di sekitar Pabrik Semen tersebut (Mengkidi, 2006). Karena bahan baku yang digunakan adalah batu kapur/gamping,
tanah liat, pasir besi dan pasir silika dengan bahan penolong gypsum, trass,
kertas kraft dan batu tahan api. Sedangkan bahan bakar yang dipergunakan adalah batu bara dan Bunker
Crude Oil (AMDAL UNHAS, 2010). Hal ini dapat
menciptakan emisi debu dan gas sehingga menyebabkan pencemaran udara. Bahan
pencemar tersebut dapat berpengaruh terhadap lingkungan dan manusia. Salah satu
pencemar udara yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah partikel
debu berukuran lebih kecil dari
2,5 mikron atau disebut PM2,5 dan partikel debu berukuran 2,5 – 10
mikron atau disebut PM10 (Fardiaz,1992).
Penelitian
ini hendak melakukan analisis hubungan konsentrasi debu PM2,5 dan PM10
serta dampaknya terhadap kapasitas fungsi paru penduduk yang berdomisili di
sekitar lokasi Pabrik Semen Tonasa di wilayah Biringere 1 RT2/ RW4 dengan
radius 210-500 meter, Biringere 2 RT2/RW6 radius 5001-1000 meter; Bontoa RT
1/RW8 radius 1001-1500 meter dan wilayah Mangilu RT1/RW3 radius 1501-2000 meter
dari titik pusat Pabrik Semen Tonasa Kabupaten Pangkep Makassar.
BAHAN
DAN METODE
Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai April 2012 dan berlokasi pada
pemukiman penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa Kecamatan Bungoro Kabupaten
Pangkep dengan pertimbangan bahwa Pabrik Semen Tonasa debunya sangat mengganggu
lingkungan dan penduduk di sekitarnya di mana banyak pohon dan atap rumah
diselimuti oleh debu dan 48 orang (92,3%) dari 52 responden fungsi parunya terganggu
atau tidak normal.
Desain dan Variabel Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Jenis penelitian ini dimaksudkan untuk menilai hubungan
antara konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 dengan dampak yang
terjadi berupa gangguan kapasitas fungsi paru pada penduduk di sekitar Pabrik
Semen Tonasa diamati dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo,
2010).
Populasi dan Sampel
Populasi
dalam penelitian ini adalah semua penduduk yang menentap di sekitar Pabrik
Semen Tonasa Pangkep, sebanyak 1.171 KK. Sampel penelitian diambil dengan
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2000). Dengan kata
lain, sampel penelitian ini ditentukan oleh peneliti menurut pertimbangan
kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk mendapatkan sampel
yang memenuhi syarat penelitian maka menggunakan rumus menurut Lameshow (1997) sehingga sampel dalam
penelitian ini sebanyak 52 orang.
Pengumpulan Data
Jenis dan Sumber Data
Data Primer diperoleh dengan cara melakukan pengukuran konsentrasi debu PM2,5
dan PM10 dengan mengambil 4 titik pada 4 lokasi dan penimbangan
serta pengukuran berat dan tinggi badan responden. Sedangkan data sekunder diambil
pada Puskesmas Bungoro berkaitan dengan data penyakit ispa, hasil penelitian
sebelumnya, internet, jurnal penelitian, buku dan artikel yang berkaitan dengan
penelitian ini. Data gangguan kapasitas fungsi paru diperoleh dengan mengadakan
pengukuran fungsi paru penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa. Data umur, jenis
kelamin, riwayat pekerjaan, lama tinggal dan kebiasaan merokok diperoleh dengan
wawancara 52 responden yang telah terpilih di sekitar Pabrik Semen Tonasa dan
data indeks masa tubuh diperoleh dengan menimbang berat badan dan mengukur
tinggi badan responden.
Alat
dan Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data konsentrasi debu PM2,5
dan PM10 dilakukan dengan cara melakukan pengukuran pada empat
lokasi pada pemukiman penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep yaitu
Biringere 1 dengan radius 210-500 meter, Biringere 2 radius 501-1000 meter,
Bontoa radius 1001-1500 meter dan Mangilu 1501-2000 meter. Alat yang digunakan High Volume Air
Sampler (HVAS) untuk mengukur kadar debu
PM2,5 dan PM10. Sedangkan pengumpulan data kapasitas
fungsi paru dilakukan dengan cara melakukan pengukuran
fungsi paru pada penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep dengan menggunakan
Spirometri Analizer SN 42942 Kent ME12AZ ENGLAND. Untuk pengumpulan data umur,
jenis kelamin, riwayat pekerjaan, lama tinggal dan kebiasaan merokok dilakukan
dengan wawancara menggunakan kuesioner. Sedangkan pengumpulan
data indeks masa tubuh dilakukan dengan cara
penimbangan dan pengukuran dengan alat
timbangan untuk orang dewasa dan
meter.
Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan perangkat
komputer yang menggunakan program SPSS
for windows version 19 (Santoso,2000) dengan menggunakan analisis
univariat dilakukan dengan mendistribusikan data dari hasil pengukuran dalam
bentuk tabel distribusi, analisis bivariate dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen, dengan menggunakan uji Chi-Square Test, dan analisis
multivariat untuk mengetahui variabel yang paling berhubungan dengan gangguan kapasitas fungsi paru penduduk
di sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep dengan uji regresi logistik.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 dan 2 di bawah ini menunjukkan hasil
pengukuran kadar debu PM2,5 dan PM10 pada empat lokasi
penelitian di sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep dan kapasitas fungsi paru
dari 52 responden penelitian.
Tabel
1: Hasil Pengukuran Konsentrasi Debu PM2,5 pada Empat Lokasi
Pengambilan Sampel Udara Di Sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep, Tahun 2012
Lokasi
|
Konsentrasi Debu PM2,5
|
Konsentrasi Debu PM10
|
Keterangan
|
Biringere 1
|
80,34
µg/m3
|
159,42µg/3
|
Tidak
Memenuhi Syarat
|
Biringere 2
|
71,13
µg/m3
|
181,82
µg/m3
|
Tidak
Memenuhi Syarat
|
Bontoa
|
77,88
µg/m3
|
173,37
µg/m3
|
Tidak
Memenuhi Syarat
|
Mangilu
|
57,61
µg/m3
|
98,08
µg/m3
|
Memenuhi
Syarat
|
Sumber: Data Primer, 2012.
Tabel
2: Hasil Pengukuran Kapasitas Fungsi Paru Penduduk pada Empat Lokasi
Pengambilan Sampel Di Kawasan Pabrik
Semen Tonasa Pangkep, Tahun 2012
Kapasitas Fungsi Paru
|
Lokasi
|
Jumlah
|
||||||||
Biringere
1
|
Biringere
2
|
Bontoa
|
Mangilu
|
|||||||
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
|
Normal
|
0
|
.0%
|
2
|
50%
|
1
|
25%
|
1
|
25%
|
4
|
7,7%
|
Tidak
Normal
|
15
|
31,3%
|
13
|
27,1%
|
11
|
22,9%
|
9
|
18,8%
|
48
|
92,3%
|
Jumlah
|
15
|
100%
|
15
|
100%
|
12
|
100%
|
10
|
100%
|
52
|
100%
|
Sumber : Data Primer, 2012.
Pengukuran kadar
debu PM2,5 dan PM10 bertujuan untuk mengetahui konsentrasi
debu PM2,5 dan PM10 pada pemukiman di sekitar Pabrik
Semen Tonasa Pangkep. Sedangkan pengukuran kapasitas fungsi paru bertujuan
untuk mengetahui keadaan fungsi paru penduduk serta dampaknya akibat pajanan konsentrasi
debu PM2,5 dan PM10.
Hasil pengukuran konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 pada
4 lokasi yaitu Biringere 1 dengan radius 210-500 meter dari pusat Pabrik Semen rata-rata
konsentrasi debu PM2,5 sebesar 80,34 µg/m3
dan PM10 sebesar 159,42 µg/m3; lokasi Biringere 2 dengan
radius 501-1000 meter konsentrasi debu PM2,5 adalah 71,13 µg/m3
dan PM10 adalah 181,82µg/m3;
lokasi 3 Bontoa dengan radius 1001-1500 meter konsentrasi debu PM2,5 sebesar
77,88 µg/m3 dan PM10 sebesar 173,37 µg/m3.
Hasil ketiga lokasi ini melebihi ambang batas udara ambien yang ditetapkan
Pemerintah untuk PM2,5 adalah 65µg/m3 dan PM10
adalah 150µg/m3. Sedangkan lokasi 4 wilayah Mangilu dengan radius
1501-2000 meter dari pusat Pabrik Semen Tonasa masih berada di bawah ambang
batas, yakni PM2,5 sebesar 56,61 µg/m3 dan PM10
sebesar 89,08µg/m3.
Sampel debu PM2,5
dan PM10 diukur pada 4 lokasi di mana masing-masing lokasi 1
titik dengan jumlah responden sangat bervariatif sesuai jumlah kepadatan
penduduk dengan menggunakan rumus Lameshow, yaitu pada titik 1 dan 2 sampel
debu diukur pada lokasi Biringere 1 dan 2 yang lebih dekat dari Pabrik Semen Tonasa
dan berada di daerah padat penduduk. Titik 3 berada di lokasi Bontoa yang
terletak di bagian Selatan dari pusat Pabrik Semen dan titik 4 pada lokasi
Mangilu arah Utara yang lebih jauh dari pusat Pabrik Semen. Penentuan titik
sampel berdasarkan pergerakan angin yang tidak menentu sehingga lokasi
pengambilan sampel dilakukan empat lokasi yang mengelilingi wilayah Pabrik
Semen Tonasa. Jumlah titik sebanyak empat titik dengan dua kali pengambilan sampel pada waktu siang dan
malam hari dengan durasi waktu 4 jam, hal tersebut di lakukan karena aktivitas
normal Pabrik Semen Tonasa pada siang dan malam hari dan konsentrasi debu PM2,5
dan PM10 tiap titik tidak merata.
Sedang sampel
kapasitas fungsi paru penduduk diambil dengan cara mengukur langsung fungsi
paru penduduk dengan menggunakan alat Spirometri kemudian dianalisis di
laboratorium BK3 Kota Makassar. Hasil pengukuran fungsi paru penduduk di sekitar
Pabrik Semen Tonasa dari 52 responen terdapat 48 orang (92,3%) memiliki
kapasitas fungsi paru tidak normal dan 4 orang (7,7%) memiliki kapasitas fungsi
paru normal.
Analisis Univariat
Tabel 3,
4, 5, 6, 7 dan 8 berikut menunjukkan bahwa nilai Analisis Univariat karakteristik
variabel penelitian berdasarkan umur, jenis kelamin, riwayat pekerjaan, lama
tinggal, Indeks Masa Tubuh (IMT) dan kebiasaan merokok.
Tabel
3: Karakteristik Variable Responden
Penelitian Berdasarkan Umur
Umur
|
Lokasi
|
Jumlah
|
||||||||
Biringere
1
|
Biringere
2
|
Bontoa
|
Mangilu
|
|||||||
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
|
Tua
( > 37 th)
|
8
|
53,3%
|
8
|
53,3%
|
4
|
33,3%
|
4
|
40%
|
24
|
46,2%
|
Muda
(<37 th)
|
7
|
46,7%
|
7
|
46,7%
|
8
|
66,7%
|
6
|
60%
|
28
|
53,8%
|
Jumlah
|
15
|
100%
|
15
|
100%
|
12
|
100%
|
10
|
100%
|
52
|
100%
|
Sumber :
Data Primer, 2012.
Tabel
4: Karakteristik Variabel Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
|
Lokasi
|
Jumlah
|
||||||||
Biringere
1
|
Biringere
2
|
Bontoa
|
Mangilu
|
|||||||
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
|
Perempuan
|
8
|
53,3%
|
10
|
66,7%
|
11
|
91,7%
|
7
|
70%
|
36
|
69,2%
|
Laki-laki
|
7
|
46,7%
|
5
|
33,3%
|
1
|
8,3%
|
3
|
30,8%
|
16
|
30,8%
|
Jumlah
|
15
|
100%
|
15
|
100%
|
12
|
100%
|
10
|
100%
|
52
|
100%
|
Sumber :
Data Primer, 2012.
Tabel
5: Karakteristik Variable Responden Penelitian Berdasarkan Riwayat Pekerjaan
Riwayat Pekerjaan
|
Lokasi
|
Jumlah
|
||||||||
Biringere
1
|
Biringere
2
|
Bontoa
|
Mangilu
|
|||||||
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
|
Berisiko
|
8
|
53,3%
|
10
|
66,7%
|
11
|
91,7%
|
8
|
80%
|
37
|
71,2%
|
Tidak
Berisiko
|
7
|
46,7%
|
5
|
33,3%
|
1
|
8,3%
|
2
|
20%
|
15
|
28,8%
|
Jumlah
|
15
|
100%
|
15
|
100%
|
12
|
100%
|
10
|
100%
|
52
|
100%
|
Sumber :
Data Primer, 2012.
Tabel
6: Karakteristik Variable Responden Penelitian Berdasarkan Lama Tinggal
Lama Tinggal
|
Lokasi
|
Jumlah
|
||||||||
Biringere
1
|
Biringere
2
|
Bontoa
|
Mangilu
|
|||||||
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
|
Lama
( > 10 th)
|
13
|
86,7%
|
13
|
86,7%
|
11
|
91,7%
|
8
|
80%
|
45
|
86,5%
|
Baru
( < 10 th)
|
2
|
13,3%
|
2
|
13,7%
|
1
|
8,3%
|
2
|
20%
|
7
|
13,5%
|
Jumlah
|
15
|
100%
|
15
|
100%
|
12
|
100%
|
10
|
100%
|
52
|
100%
|
Sumber :
Data Primer, 2012.
Tabel
7: Karakteristik Variable Responden Penelitian Berdasarkan Indeks Masa Tubuh
(IMT)
IMT (Indeks Masa Tubuh)
|
Lokasi
|
Jumlah
|
||||||||
Biringere
1
|
Biringere
2
|
Bontoa
|
Mangilu
|
|||||||
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
|
Tidak
Normal
|
9
|
60%
|
8
|
53,3%
|
4
|
33,3%
|
5
|
50%
|
26
|
50%
|
Normal
|
6
|
40%
|
7
|
46,7%
|
8
|
66,7%
|
5
|
50%
|
26
|
50%
|
Jumlah
|
15
|
100%
|
15
|
100%
|
12
|
100%
|
10
|
100%
|
52
|
100%
|
Sumber :
Data Primer, 2012.
Tabel
8: Karakteristik Variable Responden Penelitian Berdasarkan Kebiasaan Merokok
Kebiasaan Merokok
|
Lokasi
|
Jumlah
|
||||||||
Biringere
1
|
Biringere
2
|
Bontoa
|
Mangilu
|
|||||||
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
|
Tidak
Merokok
|
9
|
60%
|
8
|
53,3%
|
11
|
91,7%
|
8
|
80%
|
36
|
69,2%
|
Merokok
|
6
|
40%
|
7
|
46,7%
|
1
|
8,3%
|
2
|
20%
|
16
|
30,8%
|
Jumlah
|
15
|
100%
|
15
|
100%
|
12
|
100%
|
10
|
100%
|
52
|
100%
|
Sumber :
Data Primer, 2012.
Analisis
univariat merupakan analisis setiap variabel yang dinyatakan dengan sebaran
frekuensi, baik secara angka-angka mutlak maupun secara persentase, disertai
dengan penjelasan kualitatif. Obyek analisis yang diteliti sebagai responden
dalam penelitian ini adalah penduduk yang menetap di sekitar Pabrik Semen
Tonasa Pangkep sebanyak 52 orang, yang di bagi menjadi empat lokasi yaitu:
lokasi Biringere 1, 2 , Bontoa dan
Mangilu dengan karakteristik responden menjadi sampel penelitian adalah umur,
jenis kelamin, riwayat pekerjaan, lama tinggal, status gizi/IMT, kebiasaan
merokok, konsentrasi debu PM2,5 dan PM10.
Hasil analisis
univariat variable konsentrasi debu total PM2,5 dan PM10
pada keempat lokasi penelitian melebihi Baku Mutu Udara Ambien Nasional, yaitu
kosentrasi debu total PM2,5 adalah 71,74 µg/m3 (sd = 11,826)
dan PM10 sebesar 153,17 µg/m3 (sd = 35,996). Hal ini
disebabkan oleh suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin. Karena pada waktu
pengukuran kadar debu PM2,5 dan PM10 di lokasi penelitian
rata-rata suhu mencapai 31,190c (sd = 1,631) dan kelembaban mencapai
56,25% (sd = 5,064) serta kecepatan angin 1,05 km/jam (sd = 0,288). Secara
teori suhu dan kelembaban yang tinggi serta didukung oleh kecepatan angin yang
rendah menyebabkan konsentrasi partikel debu PM2,5 dan PM10
jatuh lebih dekat dari pusat Pabrik Semen.
Analisis Bivariat
Tabel 9
menunjukkan hubungan Konsentrasi Debu PM2,5 dan PM10 dengan
Kapasitas Fungsi Paru Penduduk di Sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep, Tahun
2012
Konsentrasi Debu PM2,5
dan PM10
|
Kapasitas Fungsi Paru
|
Jumlah
|
P
|
||||
Tidak
Normal
|
Normal
|
||||||
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
||
Tidak
Memenuhi Syarat
|
39
|
81,35
|
3
|
75%
|
42
|
80,8%
|
1,000
|
Memenuhi
Syarat
|
9
|
18,8%
|
1
|
25%
|
10
|
19,2%
|
|
Jumlah
|
48
|
100%
|
4
|
100%
|
52
|
100%
|
Sumber : Data Primer, 2012.
Analisis
bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variable bebas
dengan variable terikat dilakukan uji Chi-Square,
Phi dan Cramer’s V. Hasil analisis bivariat variabel hubungan konsentrasi debu PM2,5
dan PM10 dengan kapasitas fungsi paru penduduk di sekitar Pabrik
Semen Tonasa. Table 10 menunjukkan hubungan kapasitas fungsi paru dengan umur,
jenis kelamin, riwayat pekerjaan, lama tinggal, indeks masa tubuh dan kebiasaan
merokok secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 10: Hubungan Umur Dengan Dengan Kapasitas
Fungsi Paru Penduduk Di Sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep, Tahun 2012
Umur
|
Kapasitas Fungsi Paru
|
Jumlah
|
P
|
||||
Tidak
Normal
|
Normal
|
||||||
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
||
Tua
( > 37 th)
|
22
|
45,8%
|
2
|
25%
|
24
|
46,7%
|
1,000
|
Muda
( < 37 th)
|
26
|
54,2%
|
2
|
75%
|
28
|
53,8
|
|
Jumlah
|
48
|
100%
|
4
|
100%
|
52
|
100%
|
Sumber : Data Primer, 2012.
Tabel
11: Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kapasitas Fungsi Paru Penduduk di Sekitar
Pabrik Semen Tonasa Pangkep, Tahun 2012
Jenis Kelamin
|
Kapasitas Fungsi Paru
|
Jumlah
|
P
|
||||
Tidak
Normal
|
Normal
|
||||||
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
||
Perempuan
|
33
|
68,8%
|
3
|
75%
|
37
|
71,2%
|
1,000
|
Laki-laki
|
15
|
31,3%
|
1
|
25%
|
16
|
30,8%
|
|
Jumlah
|
48
|
100%
|
4
|
100%
|
52
|
100%
|
Sumber : Data Primer, 2012.
Tabel
12: Hubungan Riwayat Pekerjaan Dengan Kapasitas Fungsi Paru Penduduk di Sekitar
Pabrik Semen Tonasa Pangkep, Tahun 2012
Riwayat Pekerjaan
|
Kapasitas Fungsi Paru
|
Jumlah
|
P
|
||||
Tidak
Normal
|
Normal
|
||||||
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
||
Berisiko
|
34
|
70,8%
|
3
|
75%
|
37
|
71,2%
|
1,000
|
Tidak
Berisiko
|
14
|
29,2%
|
1
|
25%
|
16
|
30,8%
|
|
Jumlah
|
48
|
100%
|
4
|
100%
|
52
|
100%
|
Sumber : Data Primer, 2012.
Tabel
18: Hubungan Lama Tinggal Dengan Kapasitas Fungsi Paru Penduduk di Sekitar
Pabrik Semen Tonasa Pangkep, Tahun 2012
Lama Tinggal
|
Kapasitas Fungsi Paru
|
Jumlah
|
P
|
||||
Tidak
Normal
|
Normal
|
||||||
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
||
Lama
( > 10 th)
|
44
|
91,7%
|
1
|
25%
|
45
|
86,5%
|
0,006
|
Baru ( < 10 th)
|
4
|
8,3%
|
3
|
75%
|
7
|
13,5%
|
|
Jumlah
|
48
|
100%
|
4
|
100%
|
52
|
100%
|
Sumber : Data Primer, 2012.
Tabel
19: Hubungan Indeks Masa Tubuh Dengan Kapasitas Fungsi Paru Penduduk di Sekitar
Pabrik Semen Tonasa Pangkep, Tahun 2012
Indeks
masa Tubuh (IMT)
|
Kapasitas Fungsi Paru
|
Jumlah
|
P
|
||||
Tidak
Normal
|
Normal
|
||||||
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
||
Tidak
Normal (21-25 kg/m2
|
23
|
47,9%
|
3
|
75%
|
26
|
50%
|
0,610
|
Normal
( > 25 kg/m2
|
25
|
52,1%
|
1
|
25%
|
26
|
50%
|
|
Jumlah
|
48
|
100%
|
4
|
100%
|
52
|
100%
|
Sumber : Data Primer, 2012.
Tabel
20: Hubungan Indeks Masa Tubuh Dengan Kapasitas Fungsi Paru Penduduk di Sekitar
Pabrik Semen Tonasa Pangkep, Tahun 2012
Kebiasaan Merokok
|
Kapasitas Fungsi Paru
|
Jumlah
|
P
|
||||
Tidak
Normal
|
Normal
|
||||||
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
||
Merokok
|
36
|
75%
|
0
|
0
|
36
|
69,2%
|
0,007
|
Tidak
Merokok
|
12
|
25%
|
4
|
100%
|
16
|
30,8%
|
|
Jumlah
|
48
|
100%
|
4
|
100%
|
52
|
100%
|
Sumber : Data Primer, 2012.
Hasil
analisis bivariat variable menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara
konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 dengan gangguan kapasitas
paru penduduk karena nilai p > α = 0,05, yakni P = 1,000. Hal ini disebabkan
karena konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 pada pemukiman di
sekitar Pabrik Semen Tonasa melebihi baku mutu udara ambien nasional yang
ditetapkan Pemerintah, maka kemungkinan penduduk terpapar partikel debu sangat
besar dan kapasitas fungsi parunya terganggu. Hasil analisis menunjukkan bahwa
walaupun konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 memenuhi syarat
tetapi risiko fungsi paru tidak normal sangat tinggi yaitu 81,3%. Demikian juga
hasil analisis bivariat variable kapasitas fungsi paru dengan karakteristik
penduduk, yaitu umur (P=1,000), jenis kelamin (P=1,000), riwayat pekerjaan
(P=1,000) dan status gizi/IMT (P=0,610) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan karena
nilai P lebih besar dari α = 0,05.
Sedangkan
lama tinggal dan kebiasaan merokok menunjukkan hubungan yang signifikan dengan
kapasitas fungsi paru. Hal ini disebabkan karena nilai P lebih kecil dari α =
0,05, yaitu lama tinggal nilai P = 0,006 dan kebiasaan merokok nilai P = 0,007.
Analisis Multivariat
Table
21 berikut menunjukkan hubungan
Antara Konsentrasi Debu PM2,5 dan PM10, Umur, Jenis Kelamin, Riwayat Pekerjaan, Lama
Tinggal, Indeks Masa Tubuh dan Kebiasaan Merokok Dengan Kapasitas Fungsi Paru
Variabel
|
B
|
Sig.
|
df
|
R Square
|
Konsentrasi
Debu PM2,5
Konsentrasi
Debu PM10
Umur
Jenis
Kelamin
Riwayat
Pekerjaan
Lama
Tinggal
Status
Gizi (IMT)
Kebiasaan
Merokok
Constan
|
0,93
0,93
0,026
0,068
0,031
23,833
1,083
9,750
2,485
|
,761
,761
,872
,795
,860
,000
,298
,002
,000
|
1
1
1
1
1
1
2
1
1
|
0,419
|
Sumber: Data Primer, 2012
Analisis ini digunakan untuk
mengetahui variable yang paling berhubungan dengan kapasitas fungsi paru
responden pada penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep dengan memakai
uji Statistik Logistik. Hasil analisis menunjukkan bahwa variable lama tinggal
yang paling berhubungan dengan kapasitas fungsi paru dan berkorelasi signifikan
karena variable lama tinggal mempunyai nilai p lebih kecil dari α = 0,05.
Sedangkan konstribusi konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 terhadap gangguan fungsi paru sebesar 41,9% sedangkan 58,1 % dipengaruhi oleh
faktor lain.
PEMBAHASAN
Penelitian
ini dilakukan di 4 lokasi yaitu Biringere 1, 2, Bontoa dan Mangilu Kecamatan
Bungoro Kabupaten Pangkep dengan jumlah populasi 1.171 KK. Dari 1.171 KK yang dipilih secara acak dengan
teknik purposive sampling dengan
menggunakan rumus Lameshow (Sugiyono, 2009) sehingga diperoleh 52 orang
yang ditetapkan menjadi responden. Selain itu, dilakukan wawancara tentang lama
tinggal, riwayat pekerjaan dan kebiasaan merokok. Pada semua responden itu juga
dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Selain wawancara pada
responden, juga dilakukan pengukuran kadar debu PM2,5 dan PM10
dengan High Volume Air Sampler (HVAS) pada 4 titik dan pengukuran fungsi paru
52 responden dengan spirometri.
Hubungan
Konsentrasi Debu PM2,5 dan PM10 Dengan Kapasitas Fungsi
Paru
Hasil pengukuran konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 dari
empat lokasi yang di ukur terdapat tiga (3) lokasi yang telah melawati nilai
ambang batas konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 berdasarkan
Peraturan Pemerintah RI No.41 Tahun 1999 yaitu: 65µg/m3 untuk PM2,5
dan 150µg/m3 untuk PM10, khususnya lokasi Biringere I,
Biringere II dan Bontoa, sedangkan Mangilu di bawah ambang batas. Pada saat
pengukuran arah angin bertiup sangat bervariasi, pada siang hari angin bertiup
dari Timur ke Barat dan pada malam hari angin bertiup dari Utara ke Selatan,
sehingga debu mengarah ke pemukiman penduduk yang menyebabkan atap rumah dan
semua pohon serta tanaman milik penduduk di tutupi oleh debu. Hasil analisis
dengan memakai statistik uji Chi-Square Test dari 10
responden yang menetap pada lokasi
yang memenuhi syarat konsentrasi debu PM2,5 dan PM10
terdapat 1 orang (25%) memiliki kapasitas fungsi parunya normal dan 9 orang (18,8%)
tidak normal. Sedangkan 42 orang yang
menetap pada lokasi konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 yang
tidak memenuhi syarat terdapat 3 orang (75%) memiliki kapasitas fungsi parunya
normal dan 39 orang (81,3%) tidak normal, dengan nilai P = 1,000 karena nilai P
lebih besar dari 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara
konsentrasi debu total PM2,5 dan PM10 dengan kapasitas
fungsi paru pada penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa. Sesuai teori, semakin
tinggi rata-rata konsentrasi partikel debu maka semakin besar kemungkinan
kapasitas fungsi parunya terganggu.
Penelitian ini tidak sejalan dengan yang dilakukan oleh Fitriani (2009) di
PT Lumpue Indah Kota Parepare yang hasilnya menunjukkan ada pengaruh yang
bermakna antara konsentrasi partikel debu dengan fungsi paru. Hal ini
disebabkan karena Pabrik Semen Tonasa telah melengkapi perusahaannya dengan
alat penangkap debu yang disebut wet
scrubber, melakukan operasional Pabrik Semen secara normal pada siang dan malam hari ketika penduduk di
sekitar Pabrik Semen tidak beraktivitas di luar rumah, melakukan pemantauan dan
pemeriksaan kualitas konsentrasi partikel debu pada pemukiman penduduk di
sekitar Pabrik Semen Tonasa secara berkala dalam enam bulan sekali untuk
mengetahui tingkat pencemaran udara dan menanam pohon-pohon peredam debu di
sekitar Pabrik, mengadakan pemeriksa kesehatan bagi masyarakat sekitar Pabrik
serta memberikan kopensasi dana kepada masyarakat yang tanaman pertaniannya di
tutup debu semen.
Hubungan
Umur Responden dengan Kapasitas Fungsi Paru
Hasil pengukuran kapasitas fungsi paru
penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep dengan analisis bivariat dari 28
umur muda terdapat
2 orang (50%) memiliki kapasitas fungsi paru normal dan 26 orang (54,2%) tidak
normal. Sedangkan dari 24 responden umur tua terdapat 2 orang (50%) memiliki
kapasitas fungsi paru normal dan 22 orang (45,8%) tidak normal. Berdasarkan hasil uji statistik dengan memakai Chi-Square
Test pada taraf kepercayaan 95 % atau α = 0,05 diperoleh nilai p = 1,000 yang berarti nilai p lebih besar dari nilai α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan bermakna antara umur
dengan kapasitas fungsi paru. Akan tetapi kalau dilihat dari risikonya antara
umur muda
dan tua, justru umur tua lebih banyak terganggu kapasitas fungsi parunya
dibanding dengan normal, ini disebabkan karena rata-rata konsentrasi debu PM2,5
dan PM10 pada pemukiman di sekitar Pabrik Semen Tonasa sangat tinggi
sehingga kemungkinan terpapar debu bisa terjadi. Selain itu, umur tua memasuki fase rentan terhadap
penyakit tertentu dan kondisi fisik yang telah menurun sehingga peluang
gangguan kapasitas fungsi paru sangat besar.
Hubungan
Jenis Kelamin Dengan Kapasitas Fungsi Paru
Berdasarkan hasil
pengukuran kapasitas fungsi paru penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa dari
16 responden jenis kelamin laki-laki terdapat 1 orang (25%) memiliki kapasitas fungsi paru normal dan 15 orang (31,3%)
tidak normal. Dari 36 jenis kelamin perempuan terdapat 3 orang (75%) memiliki
kapasitas fungsi paru normal dan 33 orang (68,8%) tidak normal. Hasil analisis
dengan memakai uji Chi-Square Test menunjukkan mempunyai
nilai P = 1,000 yaitu lebih besar
dari α = 0,05 maka tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan
kapasitas fungsi paru penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa. Hal ini didukung
oleh nilai for cohort fungsi paru melebihi angka satu, yaitu 0,750.
Hubungan
Riwayat Pekerjaan Dengan Kapasitas Fungsi Paru
Hasil uji statistik dengan memakai
Chi-Square Test (Fisher exact Test)
pada taraf kepercayaan 95% atau α = 0,05
diperoleh nilai p = 1,000 dan nilai Cramer’s V sebesar 0,860 yang berarti nilai
p lebih besar dari α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
bermakna kapasitas fungsi paru dengan
riwayat pekerjaan. Hal ini sesuai dengan penelitian Mengkidi,dkk pada karyawan
PT. Semen Tonasa Tahun 2006 yang menunjukkan hasil uji statistik dengan memakai
chi-square test (X2) diperoleh nilai p = 0,325 berdasarkan tingkat
kemaknaan p > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara status pekerjaan dengan kapasitas fungsi paru. Akan
tetapi, kalau dilihat dari riwayat pekerjaan berisiko dari 37 responden terdapat
34 orang (70,8%) memiliki kapasitas fungsi paru tidak normal, ini disebabkan karena
rata-rata riwayat pekerjaan berisiko bekerja di lokasi pekerjaan yang langsung
berhubungan dengan partikel debu seperti buruh harian di Pabrik, tenaga cline
service, sopir dan SATPAM di mana rata-rata konsentrasi debu PM2,5 dan
PM10 tidak memenuhi syarat di atas nilai ambang batas sehingga dapat
menyebabkan gangguan kapasitas fungsi paru.
Hubungan Lama Tinggal Dengan Kapasitas
Fungsi Paru
Dari hasil analisis dengan
menggunakan statistik uji Chi-Square Test pada
taraf kepercayaan 95 % atau α = 0,05 diperoleh nilai p = 0,006 yang berarti nilai p lebih kecil dari nilai α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara lama
tinggal dengan kapasitas fungsi paru pada penduduk di sekitar Pabrik Semen
Tonasa, ini disebabkan
karena rata-rata responden yang menetap di sekitar Pabrik Semen Tonasa > 10
tahun pada lokasi yang mempunyai konsentrasi debu PM2,5 dan PM10
melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) seperti di Biringere 1, 2 dan Bontoa.
Hal ini sesuai
dengan penelitian Trisnawati pada tukang ojek di Alun-Alun Ungaran di Kabupaten
Semarang tahun 2007 yang menunjukkan hasil uji statistik dengan memakai
chi-square test (x2) diperoleh nilai p = 0,689 berdasarkan tingkat
kemaknaan p > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara lama tinggal atau masa kerja dengan kapasitas fungsi paru.
Hubungan
IMT Dengan Kapasitas Fungsi Paru
Hasil uji statistik bivariat dengan
memakai uji Chi-Square pada status gizi (IMT) mempunyai nilai P = 0,610 >
0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi (IMT) dengan
kapasitas fungsi paru pada penduduk di sekitar pabrik Semen Tonasa Pangkep.
Akan tetapi, jika dilihat berdasarkan IMT tidak normal dari 26 responden
terdapat 23 orang (47,9%) memiliki kapasitas fungsi paru tidak normal dan 3
orang (75%) normal. Ini berarti semakin tidak normal nilai gizi semakin lemah
ketahanan fisik seseorang sehingga
semakin mudah terpapar dengan kadar debu PM2,5 dan PM10
yang mengakibatkan gangguan kapasitas fungsi paru. Secara teori, seseorang dengan berat badan tidak
normal memungkinkan dia mengalami gangguan kapasitas fungsi paru karena menurunnya elastisitas dan kemampuan
mengembangnya dinding dada, sedangkan orang tinggi kurus biasanya mempunyai
kapasitas vital lebih besar dari pada orang normal, semakin luas tinggi permukaan tubuh dan tinggi seseorang
maka kemampuan kapasitas lebih baik (Yunus, 1997). Walaupun pada status
gizi lebih tidak berhubungan langsung terhadap gangguan kapasitas fungsi paru
pada penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep tetapi dalam hal penyakit
degenerative seperti penyakit jantung, hipertensi, kolesterol sangat berkaitan
dengan status gizi tidak normal. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Mengkidi, dkk pada karyawan PT.Semen Tonasa tahun 2006 yang menunjukkan basil
uji statistik dengan memakai chi-square test (x2) diperoleh nilai p
= 0,256 berdasarkan tingkat kemaknaan p > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna atas status gizi dengan kapasitas fungsi paru. Kemudian
penelitian Trisnawati pada tukang ojek di Alun-Alun Ungaran di Kabupaten
Semarang Tahun 2007 yang menunjukkan hasil uji statistic dengan memakai
chi-square test (X2) diperoleh nilai p = 0,272 berdasarkan tingkat kemaknaan p
> 0,05 yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status
gizi dengan kapasitas fungsi paru. Tetapi berbeda dengan penelitian Fitriani
pada karyawan PT.Lumpue Indah di Kota Parepare pada tahun 2009 yang menunjukkan
hasil uji statistic dengan memakai chi-square test (X2) pada taraf
kepercayaan 95% diperoleh nilai p =
0,021 berdasarkan tingkat kemaknaan
p < 0,05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara status
gizi. Demikian juga dengan penelitian Budi Utomo pada tahun 2005 pada pekerja
tambang batu kapur di Banyumas yang menunjukkan faktor-faktor intrinsik yang
terbukti antara status gizi dengan kapasitas fungsi paru.
Hubungan
Kebiasaan Merokok Dengan Kapasitas Fungsi Paru
Dari 36 responden yang biasa merokok semuanya (75%) memiliki kapasitas
fungsi paru tidak normal. Sedangkan dari
16 orang yang tidak merokok terdapat 4 orang (25%) memiliki kapasitas fungsi
normal dan 12 orang (25%) mengalami gangguan kapasitas fungsi paru. Hasil uji
statistik dengan memakai uji Chi Square Test ( Fisher’s Exact Test) pada
taraf
kepercayaan 95% atau α = 0,05 diperoleh nilai P= 0,007 yang
berarti nilai p lebih kecil dari nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan signifikan antara kebiasaan merokok dengan gangguan kapasitas
fungsi paru pada penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep.
Hal ini juga
bertentangan dengan penelitian Mengkidi, dkk pada karyawan PT.Semen Tonasa
tahun 2006 yang menunjukkan hasil uji statistik dengan memakai chi-square test
(x2) diperoleh nilai p = 0,036 berdasarkan tingkat kemaknaan p >
0,05 yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan
merokok dengan kapasitas fungsi paru. Kemudian penelitian Trisnawati pada
tukang ojek di Alun-Alun Ungaran di Kabupaten Semarang Tahun 2007 yang
menunjukkan hasil uji statistic dengan memakai chi-square test (X2)
diperoleh nilai p = 0,272 berdasarkan tingkat kemaknaan p > 0,05 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan
kapasitas fungsi paru.
KESIMPULAN DAN
SARAN
Berdasarkan
hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata konsentrasi debu PM2,5 dan
PM10 pada pemukiman di sekitar pabrik Semen Tonasa pada lokasi
Biringere 1, 2 dan Bontoa sudah melebihi baku mutu udara ambien nasional yang ditetapkan
Pemerintah, sedangkan lokasi Mangilu berada di bawah nilai ambang batas udara
ambien. Nilai rata-rata PM2,5
dan PM10 pada 4 lokasi penelitian adalah Biringere 1 adalah
PM2,5 sebesar 80,34 µg/m3 dan PM10 sebesar
159,42 µg/m3; lokasi Biringere 2 konsentrasi debu PM2,5 adalah
71,13 µg/m3 dan PM10
adalah 181,82µg/m3; lokasi 3 Bontoa konsentrasi debu PM2,5
sebesar 77,88 µg/m3 dan PM10 sebesar 173,37 µg/m3
adalah 150µg/m3. Sedangkan lokasi 4 wilayah Mangilu yakni PM2,5
sebesar 56,61 µg/m3 dan PM10 sebesar 89,08µg/m3.
Dari analisa kapasitas
fungsi paru penduduk diketahui sebanyak 48 responden (92,3%) mempunyai kapasitas
fungsi paru tidak normal. Sedangkan 4 responden lainnya (7,7%) mempunyai nilai
kapasitas fungsi normal. Disarankan
agar dapat melanjutkan penelitian
dengan mengadakan pengukuran terhadap besarnya debu yang dihasilkan oleh Pabrik
Semen Tonasa Pangkep.
DAFTAR
PUSTAKA
Chandra, Budiman, (2007), Pengantar Kesehatan
Lingkungan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Fardiaz, Srikandi, (1992),
Polusi Air dan Udara, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Fitriani, (2009), Pengaruh Partikel
Debu Terhadap Penurunan Fungsi Paru-Paru Pada Pekerja Di Pabrik Kerikil PT.
Lumpue Indah Kota Parepare
Lemeshow.S, Hosmer.D.W, Klar.J. (1997), Adequacy of Sample Size In Health Studies (terj Dibyo Pramono), Cetakan I. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Mengkidi, Dorce, (2006),
“Gangguan Fungsi Paru Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Karyawan PT. Semen Tonasa
Pangkep” (Tesis), Pasca Sarjana Universitas Dipanegoro, Semarang.
Mwaiselage, J. Bratveit.M,
Moen. B, Mashalla.Y. Variabilityb in
Dust Exposure in a Cement
Factory in Tanzania. Occupational Enviromental Medicine, 2004; 46 (7):658-667.
Notoatmodjo, Soekidjo,
(2010), Metode Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Riwidikdo,
Handoko, (2009), Statistik Kesehatan (Belajar Mudah Teknik Analisa Data Dalam
Penelitian Kesehatan), Penerbit Mitra Cendikia Press, Yogyakarta
Santoso,
S., (2000), Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT.Gramedia, Jakarta.
Sugiyono, (2012),
Statistik Untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Trisnawati, Hanida, (2007),
“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Tukang Ojek Di Alun-Alun Ungaran
Kabupaten Semarang”, Fakultas Ilmu Keolahragaan Jurusan Kesehatan Masyarakat,
Universitas Negeri Semarang.
Yunus,
F. 1997. Dampak Debu Industri pada Paru Pekerja
dan Pengendaliannya. (online), (http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14DampakDebuIndustripadaParuPekerja115.pdf/, Diakses tanggal 12 Januari
2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar