Rabu, 17 Juni 2015

ANALISIS HUBUNGAN KONSENTRASI DEBU PM2,5 DAN PM10 TERHADAP KAPASITAS FUNGSI PARU PADA PENDUDUK DI SEKITAR PABRIK SEMEN TONASA PANGKEP


Martinus Jimung1, Anwar Daud2, Syamsiar S.Russeng3


¹Dosen Tetap Akademi Keperawatan Fatima Parepare Propinsi Sulawesi Selatan, ²Dosen Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, ³Dosen Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar
(Artikel ini telah dipublikasi pada Jurnal Kesehatan Bung, ISSN No. 2088-0340, Volume II, Edisi ke 4 Desember 2012)




Alamat Korespondensi:
Martinus Jimung, S.Fil.M.Si,M.Kes
Perumnas Lompoe Wakke’E Blok H No. 154
Kota Madya Parepare Sulawesi Selatan            
HP : 081338486684
e-mail : jimungm@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pencemaran udara oleh partikel padat halus dalam bentuk debu dapat menurunkan kualitas lingkungan dan  mengganggu kapasitas fungsi paru manusia (Mwaiselage, 2004). Salah satu pencemar udara yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah partikel debu berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron (PM2,5) dan partikel debu berukuran 2,5 – 10 mikron (PM10) (Fardiaz,1992).
Penelitian ini bertujuan (1) mengukur konsentrasi debu PM2,5, PM10 dan kapasitas fungsi paru pada penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep, (2) menganalisis hubungan antara kapasitas fungsi paru dengan Konsentrasi debu PM2,5 dan PM10, umur, jenis kelamin, riwayat pekerjaan, lama tinggal, indeks masa tubuh dan kebiasaan merokok.
Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan rancangan  cross sectional. Sampel yang diambil sebanyak  52 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis dengan analisis univariat, bivariat dengan uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 dan multivariat melalui uji Regresi Logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi debu PM2,5  dan PM10  pada pemukiman penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa pada lokasi Biringere 1, 2 dan Bontoa yang lebih dekat dari pusat pabrik melebihi Baku Mutu Udara Ambien Nasional yang ditetapkan Pemerintah dalam PP No. 41 Tahun 1999. Lokasi Mangilu yang jauh dari pusat pabrik masih di bawah nilai ambang batas. Kejadiaan gangguan kapasitas fungsi paru penduduk adalah 92,3%. Hasil uji Chi Square Test dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara gangguan kapasitas fungsi paru pada penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa dengan lama tinggal (P = 0,006) dan kebiasaan merokok (P = 0,007) dengan masing-masing nilai P < 0,05. Tidak ada hubungan bermakna dengan  umur, jenis kelamin, riwayat pekerjaan dan indeks masa tubuh karena nilai P > 0.05.

Kata Kunci : Konsentrasi Debu PM2,5 dan PM10, Kapasitas Fungsi Paru dan Penduduk di sekitar Pabrik Semen.              

ABSTRACT
            The aim of the research is to measure dust concentration of PM2,5 and PM10 and lung function capacity of residents around Cement Tonasa Factory, Pangkep and analyze the relationship between lung function capacity and dust concentrations of PM2,5 and PM10, age, gender, employment history, length of stay, body mass index, and smoking habits.
The research was an observational study with cross sectional approach. The sample consisted of 52 people. The data were analyzed by using univariate, bivariate Chi Square with significant level of α = 0.05, and multivariate with Logistic Regression test.
The results of the research reveal that dust concentration of PM2,5 and PM10  of residents around Cement Tonasa Factory especially in the loction of Biringere 1, 2 and Bontoa which are nearer the center of factory exceeds the National Ambien Air Quality Standards set by the government in Government Regulation Number 41 Year  1999.  On the other hand,  Mangilu location which is farther from the center of Cement Factory is still below the value of threshold level.  The occurrence of impaired lung function capacity is 92.3%.  The result of chi square test with significant level of α = 0.05 indicates that there is a significant relationship between impaired lung function capacity of residents around Cement Tonasa Factory and length of stay (P = 0.006) and smoking  habit (P = 0.007) with the value of P < 0.05, but  there is no significant relationship with age, gender, employment history, and body mass index  since the value of p is  > 0.05.

Key words: Dust Concentration of PM2,5 and PM10, lung function capacity, residents around Cement Tonasa Factory.
PENDAHULUAN
Debu merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran udara yang dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan, harta benda, ekosistem maupun iklim (Budiman, 2007). Umumnya gangguan kesehatan yang terjadi pada saluran pernapasan, kulit dan organ penglihatan. Pencemaran udara oleh partikel padat halus dalam bentuk debu ini dapat menurunkan kualitas lingkungan, yang pada gilirannya dapat menurunkan kualitas fungsi paru masyarakat (Mwaiselage, 2004).
Pabrik Semen Tonasa Pangkep Unit II, III dan IV merupakan Pabrik Semen yang memproduksi Semen berkapasitas 5.780.000 ton semen pertahun berpotensial untuk menyebabkan terjadinya pencemaran udara, terutama terhadap penduduk yang berada di sekitar Pabrik Semen tersebut (Mengkidi, 2006). Karena bahan baku yang digunakan adalah batu kapur/gamping, tanah liat, pasir besi dan pasir silika dengan bahan penolong gypsum, trass, kertas kraft dan batu tahan api. Sedangkan bahan bakar  yang dipergunakan adalah batu bara dan Bunker Crude Oil (AMDAL UNHAS, 2010). Hal ini dapat menciptakan emisi debu dan gas sehingga menyebabkan pencemaran udara. Bahan pencemar tersebut dapat berpengaruh terhadap lingkungan dan manusia. Salah satu pencemar udara yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah partikel debu berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron atau disebut PM2,5 dan partikel debu berukuran 2,5 – 10 mikron atau disebut PM10 (Fardiaz,1992).
Penelitian ini hendak melakukan analisis hubungan konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 serta dampaknya terhadap kapasitas fungsi paru penduduk yang berdomisili di sekitar lokasi Pabrik Semen Tonasa di wilayah Biringere 1 RT2/ RW4 dengan radius 210-500 meter, Biringere 2 RT2/RW6 radius 5001-1000 meter; Bontoa RT 1/RW8 radius 1001-1500 meter dan wilayah Mangilu RT1/RW3 radius 1501-2000 meter dari titik pusat Pabrik Semen Tonasa Kabupaten Pangkep Makassar.
BAHAN DAN METODE
Lokasi Penelitian
            Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai April 2012 dan berlokasi pada pemukiman penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep dengan pertimbangan bahwa Pabrik Semen Tonasa debunya sangat mengganggu lingkungan dan penduduk di sekitarnya di mana banyak pohon dan atap rumah diselimuti oleh debu dan 48 orang (92,3%) dari 52 responden fungsi parunya terganggu atau tidak normal.
Desain dan Variabel Penelitian
      Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Jenis penelitian ini dimaksudkan untuk menilai hubungan antara konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 dengan dampak yang terjadi berupa gangguan kapasitas fungsi paru pada penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa diamati dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010).
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penduduk yang menentap di sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep, sebanyak 1.171 KK. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2000). Dengan kata lain, sampel penelitian ini ditentukan oleh peneliti menurut pertimbangan kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk mendapatkan sampel yang memenuhi syarat penelitian maka menggunakan rumus menurut Lameshow (1997) sehingga sampel dalam penelitian ini sebanyak 52 orang.
Pengumpulan Data
Jenis dan Sumber Data
Data Primer diperoleh dengan cara melakukan pengukuran konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 dengan mengambil 4 titik pada 4 lokasi dan penimbangan serta pengukuran berat dan tinggi badan responden. Sedangkan data sekunder diambil pada Puskesmas Bungoro berkaitan dengan data penyakit ispa, hasil penelitian sebelumnya, internet, jurnal penelitian, buku dan artikel yang berkaitan dengan penelitian ini. Data gangguan kapasitas fungsi paru diperoleh dengan mengadakan pengukuran fungsi paru penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa. Data umur, jenis kelamin, riwayat pekerjaan, lama tinggal dan kebiasaan merokok diperoleh dengan wawancara 52 responden yang telah terpilih di sekitar Pabrik Semen Tonasa dan data indeks masa tubuh diperoleh dengan menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan responden.
Alat dan Cara Pengumpulan Data
            Pengumpulan data konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 dilakukan dengan cara melakukan pengukuran pada empat lokasi pada pemukiman penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep yaitu Biringere 1 dengan radius 210-500 meter, Biringere 2 radius 501-1000 meter, Bontoa radius 1001-1500 meter dan Mangilu 1501-2000 meter.  Alat yang digunakan High Volume Air Sampler  (HVAS) untuk mengukur kadar debu PM2,5 dan PM10. Sedangkan pengumpulan data kapasitas fungsi paru dilakukan dengan cara melakukan pengukuran fungsi paru pada penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep dengan menggunakan Spirometri Analizer SN 42942 Kent ME12AZ ENGLAND. Untuk pengumpulan data umur, jenis kelamin, riwayat pekerjaan, lama tinggal dan kebiasaan merokok dilakukan dengan  wawancara menggunakan kuesioner. Sedangkan pengumpulan data indeks masa tubuh dilakukan dengan cara  penimbangan dan pengukuran dengan alat   timbangan untuk orang dewasa dan meter.
Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan perangkat komputer yang menggunakan program SPSS for windows version 19  (Santoso,2000) dengan menggunakan analisis univariat dilakukan dengan mendistribusikan data dari hasil pengukuran dalam bentuk tabel distribusi, analisis bivariate dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, dengan menggunakan uji Chi-Square Test, dan analisis multivariat untuk mengetahui variabel yang paling berhubungan dengan gangguan kapasitas fungsi paru penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep dengan uji regresi logistik.

HASIL PENELITIAN
Tabel 1 dan 2 di bawah ini menunjukkan hasil pengukuran kadar debu PM2,5 dan PM10 pada empat lokasi penelitian di sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep dan kapasitas fungsi paru dari 52 responden penelitian.
Tabel 1: Hasil Pengukuran Konsentrasi Debu PM2,5 pada Empat Lokasi Pengambilan Sampel Udara Di Sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep, Tahun 2012

Lokasi
Konsentrasi Debu PM2,5
Konsentrasi Debu PM10
Keterangan
Biringere 1
80,34 µg/m3
159,42µg/3
Tidak Memenuhi Syarat
Biringere 2                    
71,13 µg/m3
181,82 µg/m3
Tidak Memenuhi Syarat
Bontoa
77,88 µg/m3
173,37 µg/m3
Tidak Memenuhi Syarat
Mangilu
57,61 µg/m3
98,08 µg/m3
Memenuhi Syarat
        Sumber: Data Primer, 2012.

Tabel 2: Hasil Pengukuran Kapasitas Fungsi Paru Penduduk pada Empat Lokasi Pengambilan Sampel Di Kawasan Pabrik  Semen Tonasa Pangkep, Tahun 2012

Kapasitas Fungsi Paru
Lokasi
Jumlah
Biringere 1
Biringere 2
Bontoa
Mangilu
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Normal
0
.0%
2
50%
1
25%
1
25%
4
7,7%
Tidak Normal
15
31,3%
13
27,1%
11
22,9%
9
18,8%
48
92,3%
Jumlah
15
100%
15
100%
12
100%
10
100%
52
100%
    Sumber : Data Primer, 2012.

Pengukuran kadar debu PM2,5 dan PM10 bertujuan untuk mengetahui konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 pada pemukiman di sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep. Sedangkan pengukuran kapasitas fungsi paru bertujuan untuk mengetahui keadaan fungsi paru penduduk serta dampaknya akibat pajanan konsentrasi debu PM2,5 dan PM10.
Hasil pengukuran konsentrasi  debu PM2,5 dan PM10 pada 4 lokasi yaitu Biringere 1 dengan radius 210-500 meter dari pusat Pabrik Semen rata-rata konsentrasi debu PM2,5 sebesar 80,34 µg/m3 dan PM10 sebesar 159,42 µg/m3; lokasi Biringere 2 dengan radius 501-1000 meter konsentrasi debu PM2,5 adalah 71,13 µg/m3 dan PM10  adalah 181,82µg/m3; lokasi 3 Bontoa dengan radius 1001-1500 meter konsentrasi debu PM2,5 sebesar 77,88 µg/m3 dan PM10 sebesar 173,37 µg/m3. Hasil ketiga lokasi ini melebihi ambang batas udara ambien yang ditetapkan Pemerintah untuk PM2,5 adalah 65µg/m3 dan PM10 adalah 150µg/m3. Sedangkan lokasi 4 wilayah Mangilu dengan radius 1501-2000 meter dari pusat Pabrik Semen Tonasa masih berada di bawah ambang batas, yakni PM2,5 sebesar 56,61 µg/m3 dan PM10 sebesar 89,08µg/m3.
Sampel debu PM2,5 dan PM10 diukur pada 4 lokasi di mana masing-masing lokasi 1 titik dengan jumlah responden sangat bervariatif sesuai jumlah kepadatan penduduk dengan menggunakan rumus Lameshow, yaitu pada titik 1 dan 2 sampel debu diukur pada lokasi Biringere 1 dan 2 yang lebih dekat dari Pabrik Semen Tonasa dan berada di daerah padat penduduk. Titik 3 berada di lokasi Bontoa yang terletak di bagian Selatan dari pusat Pabrik Semen dan titik 4 pada lokasi Mangilu arah Utara yang lebih jauh dari pusat Pabrik Semen. Penentuan titik sampel berdasarkan pergerakan angin yang tidak menentu sehingga lokasi pengambilan sampel dilakukan empat lokasi yang mengelilingi wilayah Pabrik Semen Tonasa. Jumlah titik sebanyak empat titik dengan dua  kali pengambilan sampel pada waktu siang dan malam hari dengan durasi waktu 4 jam, hal tersebut di lakukan karena aktivitas normal Pabrik Semen Tonasa pada siang dan malam hari dan konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 tiap titik tidak merata.
Sedang sampel kapasitas fungsi paru penduduk diambil dengan cara mengukur langsung fungsi paru penduduk dengan menggunakan alat Spirometri kemudian dianalisis di laboratorium BK3 Kota Makassar. Hasil pengukuran fungsi paru penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa dari 52 responen terdapat 48 orang (92,3%) memiliki kapasitas fungsi paru tidak normal dan 4 orang (7,7%) memiliki kapasitas fungsi paru normal.



Analisis Univariat
Tabel 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 berikut menunjukkan bahwa nilai Analisis Univariat karakteristik variabel penelitian berdasarkan umur, jenis kelamin, riwayat pekerjaan, lama tinggal, Indeks Masa Tubuh (IMT) dan kebiasaan merokok.
Tabel  3: Karakteristik Variable Responden Penelitian Berdasarkan Umur

Umur
Lokasi
Jumlah
Biringere 1
Biringere 2
Bontoa
Mangilu
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Tua ( > 37 th)
8
53,3%
8
53,3%
4
33,3%
4
40%
24
46,2%
Muda (<37 th)
7
46,7%
7
46,7%
8
66,7%
6
60%
28
53,8%
Jumlah
15
100%
15
100%
12
100%
10
100%
52
100%
    Sumber : Data Primer, 2012.

Tabel 4: Karakteristik Variabel Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
      
Jenis Kelamin
Lokasi
Jumlah
Biringere 1
Biringere 2
Bontoa
Mangilu
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Perempuan
8
53,3%
10
66,7%
11
91,7%
7
70%
36
69,2%
Laki-laki
7
46,7%
5
33,3%
1
8,3%
3
30,8%
16
30,8%
Jumlah
15
100%
15
100%
12
100%
10
100%
52
100%
    Sumber : Data Primer, 2012.  

Tabel 5: Karakteristik Variable Responden Penelitian Berdasarkan Riwayat Pekerjaan
      
Riwayat Pekerjaan
Lokasi
Jumlah
Biringere 1
Biringere 2
Bontoa
Mangilu
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Berisiko
8
53,3%
10
66,7%
11
91,7%
8
80%
37
71,2%
Tidak Berisiko
7
46,7%
5
33,3%
1
8,3%
2
20%
15
28,8%
Jumlah
15
100%
15
100%
12
100%
10
100%
52
100%
    Sumber : Data Primer, 2012.

Tabel 6: Karakteristik Variable Responden Penelitian Berdasarkan Lama Tinggal
      
Lama Tinggal
Lokasi
Jumlah
Biringere 1
Biringere 2
Bontoa
Mangilu
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Lama ( > 10 th)
13
86,7%
13
86,7%
11
91,7%
8
80%
45
86,5%
Baru ( < 10 th)
2
13,3%
2
13,7%
1
8,3%
2
20%
7
13,5%
Jumlah
15
100%
15
100%
12
100%
10
100%
52
100%
    Sumber : Data Primer, 2012.

Tabel 7: Karakteristik Variable Responden Penelitian Berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT)
      
IMT (Indeks Masa Tubuh)
Lokasi
Jumlah
Biringere 1
Biringere 2
Bontoa
Mangilu
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak Normal
9
60%
8
53,3%
4
33,3%
5
50%
26
50%
Normal
6
40%
7
46,7%
8
66,7%
5
50%
26
50%
Jumlah
15
100%
15
100%
12
100%
10
100%
52
100%
    Sumber : Data Primer, 2012.


Tabel 8: Karakteristik Variable Responden Penelitian Berdasarkan Kebiasaan Merokok
      
Kebiasaan Merokok
Lokasi
Jumlah
Biringere 1
Biringere 2
Bontoa
Mangilu
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak Merokok
9
60%
8
53,3%
11
91,7%
8
80%
36
69,2%
Merokok
6
40%
7
46,7%
1
8,3%
2
20%
16
30,8%
Jumlah
15
100%
15
100%
12
100%
10
100%
52
100%
    Sumber : Data Primer, 2012.

          Analisis univariat merupakan analisis setiap variabel yang dinyatakan dengan sebaran frekuensi, baik secara angka-angka mutlak maupun secara persentase, disertai dengan penjelasan kualitatif. Obyek analisis yang diteliti sebagai responden dalam penelitian ini adalah penduduk yang menetap di sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep sebanyak 52 orang, yang di bagi menjadi empat lokasi yaitu: lokasi  Biringere 1, 2 , Bontoa dan Mangilu dengan karakteristik responden menjadi sampel penelitian adalah umur, jenis kelamin, riwayat pekerjaan, lama tinggal, status gizi/IMT, kebiasaan merokok, konsentrasi debu PM2,5 dan PM10.
Hasil analisis univariat variable konsentrasi debu total PM2,5 dan PM10 pada keempat lokasi penelitian melebihi Baku Mutu Udara Ambien Nasional, yaitu kosentrasi debu total PM2,5 adalah 71,74 µg/m3 (sd = 11,826) dan PM10 sebesar 153,17 µg/m3 (sd = 35,996). Hal ini disebabkan oleh suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin. Karena pada waktu pengukuran kadar debu PM2,5 dan PM10 di lokasi penelitian rata-rata suhu mencapai 31,190c (sd = 1,631) dan kelembaban mencapai 56,25% (sd = 5,064) serta kecepatan angin 1,05 km/jam (sd = 0,288). Secara teori suhu dan kelembaban yang tinggi serta didukung oleh kecepatan angin yang rendah menyebabkan konsentrasi partikel debu PM2,5 dan PM10 jatuh lebih dekat dari pusat Pabrik Semen.
Analisis Bivariat
Tabel 9 menunjukkan hubungan Konsentrasi Debu PM2,5 dan PM10 dengan Kapasitas Fungsi Paru Penduduk di Sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep, Tahun 2012
Konsentrasi Debu PM2,5 dan PM10
Kapasitas Fungsi Paru
Jumlah
P
Tidak Normal
Normal
n
%
n
%
n
%
Tidak Memenuhi Syarat
39
81,35
3
75%
42
80,8%

1,000
Memenuhi Syarat
9
18,8%
1
25%
10
19,2%
Jumlah
48
100%
4
100%
52
100%
   Sumber : Data Primer, 2012.

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variable bebas dengan variable terikat dilakukan uji Chi-Square, Phi dan Cramer’s V. Hasil analisis bivariat variabel hubungan konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 dengan kapasitas fungsi paru penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa. Table 10 menunjukkan hubungan kapasitas fungsi paru dengan umur, jenis kelamin, riwayat pekerjaan, lama tinggal, indeks masa tubuh dan kebiasaan merokok secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel  10: Hubungan Umur Dengan Dengan Kapasitas Fungsi Paru Penduduk Di Sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep, Tahun 2012
Umur
Kapasitas Fungsi Paru
Jumlah
P
Tidak Normal
Normal
n
%
n
%
n
%
Tua ( > 37 th)
22
45,8%
2
25%
24
46,7%

1,000
Muda ( < 37 th)
26
54,2%
2
75%
28
53,8
Jumlah
48
100%
4
100%
52
100%
   Sumber : Data Primer, 2012.

Tabel 11: Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kapasitas Fungsi Paru Penduduk di Sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep, Tahun 2012
     
Jenis Kelamin
Kapasitas Fungsi Paru
Jumlah
P
Tidak Normal
Normal
n
%
n
%
n
%
Perempuan
33
68,8%
3
75%
37
71,2%

1,000
Laki-laki
15
31,3%
1
25%
16
30,8%
Jumlah
48
100%
4
100%
52
100%
   Sumber : Data Primer, 2012.

Tabel 12: Hubungan Riwayat Pekerjaan Dengan Kapasitas Fungsi Paru Penduduk di Sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep, Tahun 2012
    
Riwayat Pekerjaan
Kapasitas Fungsi Paru
Jumlah
P
Tidak Normal
Normal
n
%
n
%
n
%
Berisiko
34
70,8%
3
75%
37
71,2%

1,000
Tidak Berisiko
14
29,2%
1
25%
16
30,8%
Jumlah
48
100%
4
100%
52
100%
   Sumber : Data Primer, 2012.

Tabel 18: Hubungan Lama Tinggal Dengan Kapasitas Fungsi Paru Penduduk di Sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep, Tahun 2012
    
Lama Tinggal
Kapasitas Fungsi Paru
Jumlah
P
Tidak Normal
Normal
n
%
n
%
n
%
Lama ( > 10 th)
44
91,7%
1
25%
45
86,5%

0,006
Baru  ( < 10 th)
4
8,3%
3
75%
7
13,5%
Jumlah
48
100%
4
100%
52
100%
   Sumber : Data Primer, 2012.
Tabel 19: Hubungan Indeks Masa Tubuh Dengan Kapasitas Fungsi Paru Penduduk di Sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep, Tahun 2012

       Indeks masa Tubuh (IMT)
Kapasitas Fungsi Paru
Jumlah
P
Tidak Normal
Normal
n
%
n
%
n
%
Tidak Normal (21-25 kg/m2
23
47,9%
3
75%
26
50%

0,610
Normal ( > 25 kg/m2
25
52,1%
1
25%
26
50%
Jumlah
48
100%
4
100%
52
100%
   Sumber : Data Primer, 2012.

Tabel 20: Hubungan Indeks Masa Tubuh Dengan Kapasitas Fungsi Paru Penduduk di Sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep, Tahun 2012

Kebiasaan Merokok
Kapasitas Fungsi Paru
Jumlah
P
Tidak Normal
Normal
n
%
n
%
n
%
Merokok
36
75%
0
0
36
69,2%

0,007
Tidak Merokok
12
25%
4
100%
16
30,8%
Jumlah
48
100%
4
100%
52
100%
   Sumber : Data Primer, 2012.


            Hasil analisis bivariat variable menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 dengan gangguan kapasitas paru penduduk karena nilai p > α = 0,05, yakni P = 1,000. Hal ini disebabkan karena konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 pada pemukiman di sekitar Pabrik Semen Tonasa melebihi baku mutu udara ambien nasional yang ditetapkan Pemerintah, maka kemungkinan penduduk terpapar partikel debu sangat besar dan kapasitas fungsi parunya terganggu. Hasil analisis menunjukkan bahwa walaupun konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 memenuhi syarat tetapi risiko fungsi paru tidak normal sangat tinggi yaitu 81,3%. Demikian juga hasil analisis bivariat variable kapasitas fungsi paru dengan karakteristik penduduk, yaitu umur (P=1,000), jenis kelamin (P=1,000), riwayat pekerjaan (P=1,000) dan status gizi/IMT (P=0,610) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan karena nilai P lebih besar dari α = 0,05.
            Sedangkan lama tinggal dan kebiasaan merokok menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kapasitas fungsi paru. Hal ini disebabkan karena nilai P lebih kecil dari α = 0,05, yaitu lama tinggal nilai P = 0,006 dan kebiasaan merokok nilai P = 0,007.
Analisis Multivariat
Table 21 berikut menunjukkan hubungan Antara Konsentrasi Debu PM2,5 dan PM10,  Umur, Jenis Kelamin, Riwayat Pekerjaan, Lama Tinggal, Indeks Masa Tubuh dan Kebiasaan Merokok Dengan Kapasitas Fungsi Paru

Variabel

B
Sig.
df
R Square
Konsentrasi Debu PM2,5
Konsentrasi Debu PM10
Umur
Jenis Kelamin
Riwayat Pekerjaan
Lama Tinggal
Status Gizi (IMT)
Kebiasaan Merokok
Constan
0,93
0,93
0,026
0,068
0,031
23,833
1,083
9,750
2,485
,761
,761
,872
,795
,860
,000
,298
,002
,000
1
1
1
1
1
1
2
1
1




0,419




   Sumber: Data Primer, 2012

Analisis ini digunakan untuk mengetahui variable yang paling berhubungan dengan kapasitas fungsi paru responden pada penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep dengan memakai uji Statistik Logistik. Hasil analisis menunjukkan bahwa variable lama tinggal yang paling berhubungan dengan kapasitas fungsi paru dan berkorelasi signifikan karena variable lama tinggal mempunyai nilai p lebih kecil dari α = 0,05. Sedangkan  konstribusi konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 terhadap gangguan fungsi paru sebesar 41,9% sedangkan 58,1 % dipengaruhi oleh faktor lain.
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di 4 lokasi yaitu Biringere 1, 2, Bontoa dan Mangilu Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep dengan jumlah populasi 1.171 KK.  Dari 1.171 KK yang dipilih secara acak dengan teknik purposive sampling dengan menggunakan rumus Lameshow (Sugiyono, 2009) sehingga diperoleh 52 orang yang ditetapkan menjadi responden. Selain itu, dilakukan wawancara tentang lama tinggal, riwayat pekerjaan dan kebiasaan merokok. Pada semua responden itu juga dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Selain wawancara pada responden, juga dilakukan pengukuran kadar debu PM2,5 dan PM10 dengan High Volume Air Sampler (HVAS) pada 4 titik dan pengukuran fungsi paru 52 responden dengan spirometri.
Hubungan Konsentrasi Debu PM2,5 dan PM10 Dengan Kapasitas Fungsi Paru
Hasil pengukuran konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 dari empat lokasi yang di ukur terdapat tiga (3) lokasi yang telah melawati nilai ambang batas konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.41 Tahun 1999 yaitu: 65µg/m3 untuk PM2,5 dan 150µg/m3 untuk PM10, khususnya lokasi Biringere I, Biringere II dan Bontoa, sedangkan Mangilu di bawah ambang batas. Pada saat pengukuran arah angin bertiup sangat bervariasi, pada siang hari angin bertiup dari Timur ke Barat dan pada malam hari angin bertiup dari Utara ke Selatan, sehingga debu mengarah ke pemukiman penduduk yang menyebabkan atap rumah dan semua pohon serta tanaman milik penduduk di tutupi oleh debu. Hasil analisis dengan memakai statistik uji Chi-Square Test dari 10 responden yang menetap pada lokasi yang memenuhi syarat konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 terdapat 1 orang (25%) memiliki kapasitas fungsi parunya normal dan 9 orang (18,8%) tidak normal. Sedangkan 42 orang  yang menetap pada lokasi konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 yang tidak memenuhi syarat terdapat 3 orang (75%) memiliki kapasitas fungsi parunya normal dan 39 orang (81,3%) tidak normal, dengan nilai P = 1,000 karena nilai P lebih besar dari 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara konsentrasi debu total PM2,5 dan PM10 dengan kapasitas fungsi paru pada penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa. Sesuai teori, semakin tinggi rata-rata konsentrasi partikel debu maka semakin besar kemungkinan kapasitas fungsi parunya terganggu.  
Penelitian ini tidak sejalan dengan yang dilakukan oleh Fitriani (2009) di PT Lumpue Indah Kota Parepare yang hasilnya menunjukkan ada pengaruh yang bermakna antara konsentrasi partikel debu dengan fungsi paru. Hal ini disebabkan karena Pabrik Semen Tonasa telah melengkapi perusahaannya dengan alat penangkap debu yang disebut wet scrubber, melakukan operasional Pabrik Semen secara normal pada siang dan malam hari ketika penduduk di sekitar Pabrik Semen tidak beraktivitas di luar rumah, melakukan pemantauan dan pemeriksaan kualitas konsentrasi partikel debu pada pemukiman penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa secara berkala dalam enam bulan sekali untuk mengetahui tingkat pencemaran udara dan menanam pohon-pohon peredam debu di sekitar Pabrik, mengadakan pemeriksa kesehatan bagi masyarakat sekitar Pabrik serta memberikan kopensasi dana kepada masyarakat yang tanaman pertaniannya di tutup debu semen.
Hubungan Umur Responden dengan Kapasitas Fungsi Paru
   Hasil pengukuran kapasitas fungsi paru penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep dengan analisis bivariat dari 28 umur muda terdapat 2 orang (50%) memiliki kapasitas fungsi paru normal dan 26 orang (54,2%) tidak normal. Sedangkan dari 24 responden umur tua terdapat 2 orang (50%) memiliki kapasitas fungsi paru normal dan 22 orang (45,8%) tidak normal. Berdasarkan hasil uji statistik dengan memakai Chi-Square Test pada taraf kepercayaan 95 % atau α = 0,05 diperoleh nilai p = 1,000 yang berarti nilai p lebih besar dari nilai α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara umur dengan kapasitas fungsi paru. Akan tetapi kalau dilihat dari risikonya antara umur muda dan tua, justru umur tua lebih banyak terganggu kapasitas fungsi parunya dibanding dengan normal, ini disebabkan karena rata-rata konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 pada pemukiman di sekitar Pabrik Semen Tonasa sangat tinggi sehingga kemungkinan terpapar debu bisa terjadi. Selain itu, umur tua memasuki fase rentan terhadap penyakit tertentu dan kondisi fisik yang telah menurun sehingga peluang gangguan kapasitas fungsi paru sangat besar.
Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kapasitas Fungsi Paru
Berdasarkan hasil pengukuran kapasitas fungsi paru penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa dari 16 responden jenis kelamin laki-laki terdapat 1 orang (25%) memiliki kapasitas fungsi paru normal dan 15 orang (31,3%) tidak normal. Dari 36 jenis kelamin perempuan terdapat 3 orang (75%) memiliki kapasitas fungsi paru normal dan 33 orang (68,8%) tidak normal. Hasil analisis dengan memakai uji Chi-Square Test menunjukkan mempunyai  nilai  P = 1,000 yaitu lebih besar dari α = 0,05 maka tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kapasitas fungsi paru penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa. Hal ini didukung oleh nilai for cohort fungsi paru melebihi angka satu, yaitu 0,750.
Hubungan Riwayat Pekerjaan Dengan Kapasitas Fungsi Paru
Hasil uji statistik dengan memakai Chi-Square Test (Fisher exact Test) pada taraf  kepercayaan 95% atau α = 0,05 diperoleh nilai p = 1,000 dan nilai Cramer’s V sebesar 0,860 yang berarti nilai p lebih besar dari α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna kapasitas fungsi paru dengan  riwayat pekerjaan. Hal ini sesuai dengan penelitian Mengkidi,dkk pada karyawan PT. Semen Tonasa Tahun 2006 yang menunjukkan hasil uji statistik dengan memakai chi-square test (X2) diperoleh nilai p = 0,325 berdasarkan tingkat kemaknaan p > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status pekerjaan dengan kapasitas fungsi paru. Akan tetapi, kalau dilihat dari riwayat pekerjaan berisiko dari 37 responden terdapat 34 orang (70,8%) memiliki kapasitas fungsi paru tidak normal, ini disebabkan karena rata-rata riwayat pekerjaan berisiko bekerja di lokasi pekerjaan yang langsung berhubungan dengan partikel debu seperti buruh harian di Pabrik, tenaga cline service, sopir dan SATPAM di mana rata-rata konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 tidak memenuhi syarat di atas nilai ambang batas sehingga dapat menyebabkan gangguan kapasitas fungsi paru.       
Hubungan Lama Tinggal Dengan Kapasitas Fungsi Paru
            Dari hasil analisis dengan menggunakan statistik uji Chi-Square Test pada taraf kepercayaan 95 % atau α = 0,05 diperoleh nilai p = 0,006 yang berarti nilai p lebih kecil dari nilai α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara lama tinggal dengan kapasitas fungsi paru pada penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa, ini disebabkan karena rata-rata responden yang menetap di sekitar Pabrik Semen Tonasa > 10 tahun pada lokasi yang mempunyai konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) seperti di Biringere 1, 2 dan Bontoa.
Hal ini sesuai dengan penelitian Trisnawati pada tukang ojek di Alun-Alun Ungaran di Kabupaten Semarang tahun 2007 yang menunjukkan hasil uji statistik dengan memakai chi-square test (x2) diperoleh nilai p = 0,689 berdasarkan tingkat kemaknaan p > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara lama tinggal atau masa kerja dengan kapasitas fungsi paru.
 Hubungan IMT Dengan Kapasitas Fungsi Paru
Hasil uji statistik  bivariat dengan memakai uji Chi-Square pada status gizi (IMT) mempunyai nilai P = 0,610 > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi (IMT) dengan kapasitas fungsi paru pada penduduk di sekitar pabrik Semen Tonasa Pangkep. Akan tetapi, jika dilihat berdasarkan IMT tidak normal dari 26 responden terdapat 23 orang (47,9%) memiliki kapasitas fungsi paru tidak normal dan 3 orang (75%) normal. Ini berarti semakin tidak normal nilai gizi semakin lemah ketahanan fisik seseorang sehingga  semakin mudah terpapar dengan kadar debu PM2,5 dan PM10 yang mengakibatkan gangguan kapasitas fungsi paru. Secara teori, seseorang dengan berat badan tidak normal memungkinkan dia mengalami gangguan kapasitas fungsi paru karena menurunnya elastisitas dan kemampuan mengembangnya dinding dada, sedangkan orang tinggi kurus biasanya mempunyai kapasitas vital lebih besar dari pada orang normal, semakin luas tinggi permukaan tubuh dan tinggi seseorang maka kemampuan kapasitas  lebih baik (Yunus, 1997). Walaupun pada status gizi lebih tidak berhubungan langsung terhadap gangguan kapasitas fungsi paru pada penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep tetapi dalam hal penyakit degenerative seperti penyakit jantung, hipertensi, kolesterol sangat berkaitan dengan status gizi tidak normal. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mengkidi, dkk pada karyawan PT.Semen Tonasa tahun 2006 yang menunjukkan basil uji statistik dengan memakai chi-square test (x2) diperoleh nilai p = 0,256 berdasarkan tingkat kemaknaan p > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna atas status gizi dengan kapasitas fungsi paru. Kemudian penelitian Trisnawati pada tukang ojek di Alun-Alun Ungaran di Kabupaten Semarang Tahun 2007 yang menunjukkan hasil uji statistic dengan memakai chi-square test (X2) diperoleh nilai p = 0,272 berdasarkan tingkat kemaknaan p > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kapasitas fungsi paru. Tetapi berbeda dengan penelitian Fitriani pada karyawan PT.Lumpue Indah di Kota Parepare pada tahun 2009 yang menunjukkan hasil uji statistic dengan memakai chi-square test (X2) pada taraf kepercayaan 95% diperoleh nilai p =  0,021 berdasarkan tingkat kemaknaan  p < 0,05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi. Demikian juga dengan penelitian Budi Utomo pada tahun 2005 pada pekerja tambang batu kapur di Banyumas yang menunjukkan faktor-faktor intrinsik yang terbukti antara status gizi dengan kapasitas fungsi paru.
Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kapasitas Fungsi Paru
Dari 36 responden yang biasa merokok semuanya (75%) memiliki kapasitas fungsi paru tidak normal.  Sedangkan dari 16 orang yang tidak merokok terdapat 4 orang (25%) memiliki kapasitas fungsi normal dan 12 orang (25%) mengalami gangguan kapasitas fungsi paru. Hasil uji statistik dengan memakai uji Chi Square Test ( Fisher’s Exact Test)  pada taraf  kepercayaan  95%  atau α = 0,05 diperoleh nilai P= 0,007 yang berarti nilai p lebih kecil dari nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara kebiasaan merokok dengan gangguan kapasitas fungsi paru pada penduduk di sekitar Pabrik Semen Tonasa Pangkep.
Hal ini juga bertentangan dengan penelitian Mengkidi, dkk pada karyawan PT.Semen Tonasa tahun 2006 yang menunjukkan hasil uji statistik dengan memakai chi-square test (x2) diperoleh nilai p = 0,036 berdasarkan tingkat kemaknaan p > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kapasitas fungsi paru. Kemudian penelitian Trisnawati pada tukang ojek di Alun-Alun Ungaran di Kabupaten Semarang Tahun 2007 yang menunjukkan hasil uji statistic dengan memakai chi-square test (X2) diperoleh nilai p = 0,272 berdasarkan tingkat kemaknaan p > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kapasitas fungsi paru.

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa  rata-rata konsentrasi debu PM2,5 dan PM10 pada pemukiman di sekitar pabrik Semen Tonasa pada lokasi Biringere 1, 2 dan Bontoa sudah melebihi baku mutu udara ambien nasional yang ditetapkan Pemerintah, sedangkan lokasi Mangilu berada di bawah nilai ambang batas udara ambien.  Nilai rata-rata PM2,5 dan PM10 pada 4 lokasi penelitian adalah Biringere 1 adalah PM2,5 sebesar 80,34 µg/m3 dan PM10 sebesar 159,42 µg/m3; lokasi Biringere 2 konsentrasi debu PM2,5 adalah 71,13 µg/m3 dan PM10  adalah 181,82µg/m3; lokasi 3 Bontoa konsentrasi debu PM2,5 sebesar 77,88 µg/m3 dan PM10 sebesar 173,37 µg/m3 adalah 150µg/m3. Sedangkan lokasi 4 wilayah Mangilu yakni PM2,5 sebesar 56,61 µg/m3 dan PM10 sebesar 89,08µg/m3.
Dari analisa kapasitas fungsi paru penduduk diketahui sebanyak 48 responden (92,3%) mempunyai kapasitas fungsi paru tidak normal. Sedangkan 4 responden lainnya (7,7%) mempunyai nilai kapasitas fungsi normal. Disarankan agar dapat melanjutkan penelitian dengan mengadakan pengukuran terhadap besarnya debu yang dihasilkan oleh Pabrik Semen Tonasa Pangkep.

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Budiman, (2007), Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Fardiaz, Srikandi, (1992), Polusi Air dan Udara, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Fitriani, (2009), Pengaruh Partikel Debu Terhadap Penurunan Fungsi Paru-Paru Pada Pekerja Di Pabrik Kerikil PT. Lumpue Indah Kota Parepare

Lemeshow.S, Hosmer.D.W, Klar.J. (1997), Adequacy of Sample Size In Health Studies (terj Dibyo Pramono), Cetakan I. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Mengkidi, Dorce, (2006), “Gangguan Fungsi Paru Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Karyawan PT. Semen Tonasa Pangkep” (Tesis), Pasca Sarjana Universitas Dipanegoro, Semarang.

Mwaiselage, J. Bratveit.M, Moen. B, Mashalla.Y. Variabilityb in Dust Exposure in a Cement Factory in Tanzania. Occupational Enviromental Medicine, 2004; 46 (7):658-667.

Notoatmodjo, Soekidjo, (2010), Metode Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Riwidikdo, Handoko, (2009), Statistik Kesehatan (Belajar Mudah Teknik Analisa Data Dalam Penelitian Kesehatan), Penerbit Mitra Cendikia Press, Yogyakarta

Santoso, S., (2000), Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT.Gramedia, Jakarta.

Sugiyono, (2012), Statistik Untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Trisnawati, Hanida, (2007), “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Tukang Ojek Di Alun-Alun Ungaran Kabupaten Semarang”, Fakultas Ilmu Keolahragaan Jurusan Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Semarang.

Yunus, F. 1997. Dampak Debu Industri pada Paru Pekerja dan Pengendaliannya. (online), (http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14DampakDebuIndustripadaParuPekerja115.pdf/, Diakses tanggal 12 Januari 2012.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar