Martinus
Jimung
Spiritualitas keluarga bukanlah suatu yang baru, bukan pula
suatu yang tabu, melainkan suatu yang
melekat pada keluarga sebagai manusia. Hal ini disebabkan karena keluarga
sebagai ‘persatuan’ manusia tidak hanya terdiri dari tubuh saja, melainkan juga
jiwa spiritual, sehingga ia selalu memiliki kecenderungan untuk menemukan jati
dirinya dengan mengenali Sang Pencipta. Karena itu sudah selayaknya, hidup dan
karya keluarga akan berusaha untuk mengenal diri dan Tuhan, dan di sinilah
spiritualitas keluarga berperan dalam kehidupannya.
Dalam kehidupan sehari-hari keluarga mengalami pergumulan
untuk pencarian jati dirinya, yakni kebahagiaan. Maka tidak mengherankan bahwa
di dalam pergumulan itu, banyak keluarga mengalami seperti yang diserukan oleh
Santo Agustinus: ‘Hatiku tak pernah
merasa damai sampai aku beristirahat di dalam Engkau, ya Tuhan’. Di sini, Tuhanlah yang menjadi sumber
kebahagiaan keluarga, dan Tuhan pula yang memberi arti dan maksud hidup
keluarga. Maka, keluarga yang
mengandalkan Tuhan dalam hidup dan karyanya, mereka akan menemukan damai dan
pemenuhan makna hidup spiritual itu.
Kesaksian dari banyak keluarga membuktikan hal ini: ada
banyak keluarga yang secara materiil tak kurang sesuatu apapun, tetapi tidak
bahagia, sementara ada keluarga lain yang hidup sederhana tetapi dapat sungguh
berbahagia dan menikmati hidup. Hal ini dapat dimengerti karena spiritualitaslah
yang membedakan keduanya.
Spiritualitas keluarga itu mengacu pada nilai-nilai religius yang mengarahkan
tindakan mereka. Jika nilai-nilai yang dipegang oleh keluarga tidak
mengarah pada Tuhan, kebahagiaan yang dicapai adalah ‘semu’. Sebaliknya, jika
nilai-nilai itu mengarah pada Tuhan, kebahagiaan yang diperoleh adalah
kebahagiaan sejati.
Spiritualitas keluarga itu tidak terbatas pada agama tertentu,
tidak pula tergantung pada kekayaan, jabatan, status sosial dan etnis.
Sebaliknya, ia terarah pada Tuhan sang Pencipta. Karena semua manusia diciptakan
oleh Tuhan yang satu dan sama, dan karena hanya di dalam Tuhanlah keluarga
mendapatkan jawaban atas segala pertanyaan di dalam kehidupannya. Mengapa
tidak? Mari kita coba menghidupkan spiritualitas keluarga di dalam keluarga
kita masing-masing. Sebab kalau bukan dari dalam keluarga kita sendiri, siapa
lagi?**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar