Senin, 23 November 2015

SERTIFIKAT BTCLS, PRASYARAT DUNIA KERJA KESEHATAN MEA 2016



Martinus Jimung[1]

Dunia kerja tenaga kesehatan Indonesia pada era Masyarakat Ekonomi  Asian (MEA) tahun 2016 sungguh ditantang. Betapa tidak, karena pada era ini negeri kita akan dibanjiri oleh tenaga kesehatan asing seperti dokter, dokter gigi, perawat dan bidan. Sudah pasti tenaga kesehatan kita akan bersaing dengan mereka, baik dari aspek pengetahuan maupun keterampilan. Untuk itu tenaga kesehatan Indonesia perlu memiliki ‘kompetensi lebih’ agar kita tidak menjadi penonton di negeri sendiri. Karena prasyarat untuk dapat bekerja di dunia kesehatan pada era MEA tahun 2016 semakin tinggi kompetensinya.
Salah satu prasyarat seorang tenaga kesehatan dapat diterima dalam dunia kerja di era Masyarakat Ekonomi Asian (MEA) tahun 2016 adalah memiliki keterampilan dalam bidang Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS). Karena hal ini sesuai keadaan negara kita saat ini, dimana banyak peristiwa gawat darurat yang membutuhkan pertolongan dari tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi. Prasyarat ini tidak hanya menjadi isapan jempol belaka, melainkan telah menjadi kenyataan. Realita menunjukkan bahwa banyak pelamar pekerja kesehatan di berbagai rumah sakit, puskesmas dan perusahaan di tahun 2015 menyertakan sertifikat BTCLS sebagai salah satu penentu untuk diterima atau tidak. Kondisi ini tentu saja mendorong Institusi Pendidikan Kesehatan sebagai penyedia tenaga kesehatan memasukan mata pelajaran Konsep Dasar Keperawatan Darurat dalam kurikulumnya serta membuka berbagai progam pelatihan skill agar para alumninya bisa terserap dalam persaingan dunia kerja.
Tentu saja, sudah banyak Institusi Kesehatan menyikapi hal ini sebagai langkah antisipasi menghadapi era MEA di tahun 2016. Hal itu dilakukan sebagai bukti keberpihakan Institusi dalam menyiapkan alumninya untuk menghadapi dunia kerja nyata di era MEA tahun 2016. Karena Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) adalah mekanisme yang dirancang untuk memberikan pertolongan pada korban bencana atau gawat darurat untuk mencegah kematian atau kerusakan organ sehingga produktivitasnya dapat dipertahankan setara sebelum terjadinya bencana atau peristiwa gawat darurat. Karena itu dalam BTCLS terdapat enam fase, yaitu: fase deteksi, fase supresi, fase pra rumah sakit, fase rumah sakit dan fase rehabilitasi. Fase deteksi dapat diprediksi tentang frekuensi kejadian, penyebab, korban, tempat rawan kualitas kejadian dan dampaknya. Misalnya terkait dengan kecelakaan lalulintas, maka dapat diprediksi frekueansi kecelakaan lalu lintas, buruknya kualitas helm sepeda motor yang dipakai, jarangnya orang memakai safety belt, tempat kejadian tersering di jalan raya yang padat dan sebagainya. Fase supresi bertujuan untuk menekan agar terjadi penurunan korban gawat darurat dilakukan dengan berbagai cara seperti perbaikan konstruksi jalan, peningkatan pengetahuan peraturan lalulintas dan peningkatan patroli keamanan. Sementara fase pra rumah sakit, keberhasilan penanggulangan gawat darurat sangat tergantung pada adanya kemampuan akses dari masyarakat untuk memberikan informasi pertolongan kepada korban kecelakaan atau bencana. Pemerintah Kota Parepare termasuk menanggapi fase ini dengan menyediakan mobil ambulan gawat darurat call center 112 yang sangat membantu masyarakat memberikan informasi keadaan gawat darurat. Sedangkan fase rumah sakit dan rehabilitasi merupakan lanjutan dari fase-fase sebelumnya. Karena dalam fase ini merupakan suatu pendekatan yang sistematik untuk membawa korban gawat darurat ke suatu tempat penanganan yang definitif. Dalam konteks inilah sertifikat BTCLS merupakan suatu tuntutan bagi tenaga kesehatan memasuki dunia kerja pada era MEA tahun 2016.

BCTLS Kebutuhan Dunia Kerja Kesehatan
            Tuntutan prasyarat dunia kerja kesehatan sebenarnya bukan hal baru. Pengalaman empiris merupakan pelasanakan BTCLS di rumah sakit, puskesmas  dan perusahaan sangat membutuhkan. Sebagai gambaran, khususnya kecelakaan lalulintas dan bencana alam saat ini meningkat, dan bahkan dari berbagai peristiwa gawat darurat tersebut tidak semua korban meninggal di tempat, tetapi  justru yang terbanyak meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit atau puskesmas. Hal itu terjadi karena keterampilan BTCLS ini belum disiapkan secara baik.
            Untuk meminimalkan terjadinya kematian akibat kecelakaan lalulitas atau bencana alam, upaya pencegahan pasien lebih baik dilakukan dengan cara memasukan kursus atau pelatihan/program BTCLS atau kurikulum pendidikan kesehatan yang membantu keterampilan dan pengetahuan tenaga kesehatan dalam menyikapi peristiwa gawat darurat. Alasannya, pertama frekuensi kuantitas kecelakaan lalulintas dan bencana alam yang membutuhkan pertolongan pertama sebelum ke rumah sakit meningkat. Kedua, data kejadian kecelakaan/peristiwa gawat darurat di lapangan selama ini tidak selamanya orang meninggal di tempat, tetapi lebih banyak dalam perjalanan ke rumah sakit karena kekurangan darah atau keterlambatan memberikan pertolongan pertama. Ketiga, minimnya tenaga kesehatan yang terampil dalam menangani masalah gawat darurat.

Pembenahan Kurikulum Kesehatan
            Selain mengadakan pelatihan BTCLS, ada satu hal mendasar yang harus segera ditangani, yaitu pembenahan kurikulum kesehatan untuk menjawab kebutuhan masyarakat memasuki era MEA  tahun 2016. Selama ini pendidikan kesehatan sangat umum memberikan teori pertolongan pertama pada kecelakaan sehingga orientasi tenaga kesehatan hanya ke rumah sakit dan puskesmas sehingga masalah BTCLS belum maksimal. Karena berbagai kendala seperti kurangnya sarana, terbatasnya pengetahuan dan keterampilan petugas serta persiapan mengarah keterampilan BTCLS belum terlatih dengan baik. Realisasinya penanganan peristiwa gawat darurat  belum maksimal. Maka mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, Institusi Kesehatan memasukkan mata kuliah BTCLS atau program pelatihan BTCLS bersertifikat di dalam kurikulumnya sehingga para alumninya dapat terserap dalam dunia kerja kesehatan*.








[1]Martinus Jimung, Dosen Tetap Akademi Keperawatan Fatima Parepare.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar