Minggu, 21 Juni 2015

PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN



Martinus Jimung, S.Fil.M.Si[1]


PENDAHULUAN      
Berbicara tentang Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan hal yang lumrah (yang biasa) yang sering kita dengar, lihat dan bahkan mungkin kita alami dalam kehidupan praktis. Seperti sebagai ketua kelompok, ketua kelas, ketua mudika, pemimpin regu, kapten kesebelasan, pelatih keenaman dan lain sebagainya. Singkatnya, kita pernah bahkan bersinggungan dengan kata pemimpin dan kepemimpinan itu.
            Pada tahap ini, muncul pertanyaan gugatan. Apa itu pemimpin dan kepemimpinan? Mengapa orang berlomba-lomba menjadi pemimpin? Bagaimana teori munculnya pemimpin dan kepemimpinan? Apakah fungsi seorang pemimpin? Bagaimana gaya kepemimpinan? Apakah  syarat-syarat menjadi pemimpin? Untuk apa orang menjadi pemimpin? Apa yang harus dikerjakan oleh seorang pemimpin? Nilai apa yang harus dicapai oleh pemimpin? Bagaimanakah proses terjadinya pemimpin? Kriteria pemimpin yang dapat diterima umum? Mengapa bisa terjadi krisis kepemimpinan? Pertanyaan-pertanyaan ini akan penulis kupas dalam pembahasan selanjutnya.

I. DEFINISI PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN
            Ada banyak buku yang menulis tentang pemimpin dan kepemimpinan. Tentu saja, kajiannya sangat beraneka ragam, mulai dari modul untuk keperluan pelatihan tingkat dasar hingga pelatihan tingkat pusat, mulai dari pelatihan tingkat desa sampai tingkat nasional dan bahkan internasional. Ringkasnya, sangat banyak definisi sehingga penulis tidak dapat menyebutnya satu persatu dalam ulasan sederhana ini.
            Arthur Jago dalam bukunya ‘Leadership Perspective in Theory and Reaserch’ (Management Science, Vol. 22, 19820) seperti yang dikutip oleh Prof. Dr. Alo Liliweri dalam buku Roh Kepemimpinan Sejati, Sebuah Pencarian Jati Diri Pemimpin karangan Herman Musakabe (Citra Insan pembaru, Jakarta, 2004, P. ix) mengembangkan sebuah kerangka konseptual tentang Pemimpin (leader) dan Kepemimpinan (Leadership) ke dalam dua dimensi, yakni:
  1. Dimensi yang memusatkan perhatian pada pandangan atau perspektif perangai dan perilaku. Perspektif perangai selalu menempatkan pemimpin dan kepemimpinan sebagai suatu karakteristik perangai yang relatif stabil yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Artinya, pemimpin memiliki karakteristik-karakteristik perangai internal tertentu yang menjadi syarat bagi seorang pemimpin yang efektif. Sedangkan perspektif perilaku selalu mengacu pada perilaku eksternal pemimpin. Perspektif ini lebih mementingkan tindakan eksternal pemimpin sebagai individu.
  2. Dimensi yang memusatkan perhatian pada pola pendekatan, yakni: pendekatan universal dan kontingensi (kesinambungan atau keterpaduan). Perspektif universal lebih merujuk pada pernyataan bahwa ‘hanya ada satu jalan terbaik’ untuk memimpin yakni bahwa kepemimpinan yang efektif selalu dapat berperan dalam situasi dan kondisi organisasi yang berbeda-beda. Sementara perspektif kontingensi berasumsi (berpendapat) bahwa kepemimpinan sangat tergantung atas situasi dan kondisi. Singkatnya, definisi pemimpin dan kepemimpinan selalu mengacu pada keempat perspektif, yakni: perspektif perangai, perilaku, universal dan kontingensi. Atau secara sederhana pemimpin didefinisikan sebagai orang, pribadi atau individu yang mengatur atau mengelola suatu organisasi atau kegiatan. Sedangkan kepemimpinan lebih dimaknai sebagai pola, cara, gaya, seni atau metode yang digunakan seorang pemimpin dalam mengelola atau memimpin suatu organisasi atau kegiatan berdasarkan situasi dan kondisi tertentu sesuai dengan perangai dan perilakunya yang bersifat universal.

II. MENGAPA ORANG BERLOMBA-LOMBA MENJADI PEMIMPIN?
            Menjadi pemimpin merupakan hak setiap orang. Karena itu, siapa saja dapat menjadi pemimpin, paling kurang menjadi pemimpin diri sendiri. Karena menjadi pemimpin itu merupakan hak semua orang, maka wajarlah kalau setiap orang berlomba-lomba menjadi pemimpin sekecil apapun.
            Orang berlomba-lomba menjadi pemimpin karena ada suatu nilai yang ingin dicapai. Nilai-nilai itu adalah:
  1. Nilai Intelegensi (Kemampuan)
Orang yang menjadi pemimpin menunjukkan kepada orang lain bahwa ia mampu memimpin, mengatur dan melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Kemampuan itu sangat mengandaikan bahwa ia memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengatur dan mempengaruhi orang yang dipimpinnya.
  1. Nilai Pelayanan
Setiap orang dipanggil untuk melayani dan bukan untuk dilayani. Demikian juga seorang pemimpin dipilih dan ditetapkan untuk melayani orang yang dipimpinnya. Maka nilai yang dikejar oleh setiap pemimpin dalam mengorganisir orang-orang yang dipimpinya adalah pelayanan dan bukan kekuasaan yang diraihnya. Contoh pemimpin yang melayani adalah Yesus, Ibu Theresia dari Kalkuta, dan lain sebagainya.
Berbagai krisis yang terjadi dalam dunia kepemimpinan selama ini disebabkan karena para pemimpin sibuk mengejar kekuasaan dan hal-hal yang bersifat material atau duniawi. seperti uang, pangkat, kedudukan, kuasa, penghormatan, pujian, materi dan lain sebagainya.
  1. Nilai Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan salah satu nilai penting yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin. Pemimpin yang bertanggung jawab dapat diterima oleh para pengikutnya. Ia bertanggung jawab terhadap orang yang dipimpinnya dan terhadap setiap perkataan yang disampaikannya. Karena ia melaksanakan amanat Tuhan untuk menyelamatkan orang-orang yang dipimpinannya.

  1. Nilai Sosial
Seorang pemimpin dilantik untuk menjadi saudara bagi yang lain. Kehadirannya membawa terang bagi orang-orang yang dipimpinnya melalui tanggung jawab dan kesaksian hidup sebagai pemimpin. Dedikasi dan pengabdiannya terhadap tugas dan orang-orang yang dipimpinnya semakin dipertajam melalui kemampuannya untuk mempengaruhi para pengikutnya.
Di pihak lain, dengan menjadi pemimpin harkat dan martabatnya sebagai pemimpin semakin dihargai dan dihormati dalam kehidupan bersama.
  1. Nilai Ekonomi
Orang berlomba-lomba menjadi pemimpin karena ada nilai ekonomi yang terkandung dibalik perjuangannya. Karena dengan menjadi pemimpin status sosial dan ekonomi terangkat.
Selain itu, ia akan mendapat banyak kemudahan dalam memiliki dan menggunakan sarana dan prasarana atau fasilitas umum. Akibatnya, ia menjadi cepat kaya, status sosialnya lebih maju dari yang lain, kehidupan ekonominya berkecukupan, lebih mewah, elite dan sebagainya.
  1. Nilai Politik
Menurut David Eatson, politik itu lebih dimaknai sebagai seni (art) mempengaruhi orang lain. Demikian juga dengan pemimpin dan kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu seni dan ilmu untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya sehingga dari orang-orang yang dipimpin itu timbul suatu kemauan, respek (tanggapan) kepatuhan dan kepercayaan terhadap pemimpin untuk melaksanakan yang dikehendaki oleh pemimpin secara efektif dan efisien.
Nilai politik yang hendak dicapai oleh seorang pemimpin adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya untuk menuruti kemauan atau kehendak pemimpin. Maka tidaklah mengherankan kalau dalam mencapai nilai tersebut para pemimpin menggunakan berbagai cara, baik cara-cara hal maupun tidak halal. Cara tidak halal yang sering muncul seperti praktek politik uang (money politik), menggunakan joki (orang lain yang mengerjakn sosial) waktu ujian PNS atau ujian Universitas terbuka, KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme), dan sebagainya. Akibatnya, orang menjadi pemimpin semu karena ia menyalahgunakan kekuasaan pemimpin. Pemimpin yang semu itu ibarat pencuri yang masuk kandang domba tidak melalui pintu, melainkan memanjat tembok untuk mencuri domba-domba di dalamnya.

III. TEORI PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN
            Ketika mengupas sub bagian ini terlintas dalam benak penulis pertanyaan keingintahuan, yakni: Apakah para pemimpin itu dilahirkan atau diciptakan? Ada tiga teori yang menjelaskan pertanyaan keingintahuan ini.
  1. Teori Genetis
Teori genetic (Heriditas) atau keturunan mengatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena ia dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan (leaders are born and not made) dan ia menjadi pemimpin karena karismanya. Teori ini umumnya bersifat determenisti dan dianut oleh umat pada masa umat dipimpin oleh para nabi atau raja yang dipilih dan diutus oleh Allah.
  1. Teori Ekologis
Teori ekologis lebih mengacu pada lingkungan yang mengatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin karena pendidikan, pengalaman dan kesempatan. Artinya, orang menjadi pemimpin karena melalui pendidikan yang dipelajarinya, pengalaman melihat orang lain atau sendiri yang pernah dilewatinya, dan kesempatan pernah menduduki suatu jabatan tertentu dalam suatu pekerjaan atau organisasi yang diberikan kepadanya untuk memimpin.
  1. Teori Sosial
Teori sosial sangat bertentangan dengan teori genetis, tetapi cukup dekat dengan teori ekologis. Karena menurut teori sosial bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin kalau ia memperoleh pendidikan, mendapatkan pengalaman dan memiliki kesempatan yang cukup untuk membuktikan kemampuannya.
Teori inilah yang banyak dikembangkan di masyarakat. Contoh konkrit, munculnya berbagai lembaga pendidikan bagi para perwira militer, pejabat pemerintah atau non pemerintah dan pengusaha swasta yang memberikan bekal kemampuan bagi para calon pemimpin untuk menduduki jabatan penting dalam organisasi dan sebagainya.

IV. FUNGSI PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN
            Ada enam fungsi pemimpin dan kepemimpinan yang perlu dimiliki oleh para pemimpin, yakni:
  1. Sebagai Gembala atau Pelayan
Makna terbesar bagi seorang pemimpin adalah menjadi gembala atau pelayan. Karena ia dipilih serta dilantik untuk menjadi pelayan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Konsekwensinya, seluruh hidup dan karyanya senantiasa terarah kepada pelayanan bagi para anggota yang dipimpinnya. Contoh pelayan sejati adalah Yesus. Ia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.
Sebagai pelayan, para pemimpin pun hendaknya mengenal karakteristik (watak dan tabiat) orang-orang yang dipimpinnya. Entah itu kebutuhan dan keinginan yang mereka harapkan maupun perencanaan sebelum dan sesudahnya. Sebagai pelayan, pemimpin juga harus sanggup dan rela berkorban untuk orang yang dipimpinnya, bahkan bila perlu ia rela memberikan nyawanya seperti Yesus untuk orang-orang yang dipimpinnya, dan bukan sebaliknya mengorbankan anak buahnya untuk memuluskan kepentingannya.
Selain itu, pemimpin juga perlu ‘merasa memiliki’ orang-orang yang dipimpinnya (sense of belonging). Karena hanya dengan cara demikian para pemimpin dapat mencurahkan segala bakat dan kemampuannya secara total untuk kepentingan orang-orang yang dipimpinnya. Maka ‘memiliki’ disini bukan berarti menguasai, melainkan memahami kondisi riil mereka untuk mengambil langkah antisipasi demi mengatur strategi baru yang tepat sasar dan tepat guna. Artinya, pemimpin tidak menjual kebodohan atau kemiskinan orang-orang yang dipimpinnya untuk kepentingan diri dan kroni-kroninya.
  1. Sebagai Pemersatu
Persatuan dan kesatuan merupakan kerinduan semua pihak. Demikian juga kehadiran seorang pemimpin di dalam komunitas orang-orang yang dipimpinnya harus menjadi pemersatu. Hal tersebut dapat ditunjukkan melalui tanggung jawab dalam memimpin dan melaksanakan tugas-tugasnya serta kesaksian hidup nyata yang tampak dalam mentalitas hidupnya. Contoh tokoh dunia sebagai pemersatu, yakni: Ratu Elisabeth dari Inggris, Nelson Mandela dari Afrika Selatan, dan lain sebagainya.  
  1. Sebagai Penggerak
Selain fungsi pemimpin sebagai pelayan dan pemersatu, ia juga berperan sebagai penggerak, yakni untuk menggerakan orang-orang yang dipimpinnya agar mereka mau menjalankan atau mengikuti apa yang diperintahkannya.
Berkaitan dengan fungsi ini, maka relasi antara pemimpin dengan anggotanya adalah pembimbing, pemberi arah, pemberi perintah, pemberi motivasi (dorongan) dan pemberi teladan untuk mempengaruhi apa yang dipimpinnya.
  1. Sebagai Pengatur
Sebagai pengatur, ia mengatur berbagai strategi agar orang-orang yang dipimpinnya dapat melaksanakan sesuatu sesuai dengan apa yang telah ditetapkan atau diatur oleh pemimpin.
Sedangkan pola relasi yang dibangun antara pemimpin dan orang yang dipimpin adalah atasan dan bawahan, pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan.
  1. Sebagai Teladan atau Contoh
Seorang pemimpin harus menjadi teladan atau contoh yang baik bagi orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam hal kualitas pengetahuan dan moral maupun kualitas iman. Keteladanan itu berkaitan erat dengan kehormatan dan integritas seorang pemimpin. Sebab keteladan hidup dan karyanya dapat memberikan manfaat bagi orang-orang yang dipimpinnya, yakni dapat menanamkan pengaruh untuk melaksanakan kesepakatan bersama.
Pengaruh keteladanan pemimpin terhadap pengikut dapat beragam sifatnya tergantung besarnya lingkup kepemimpinan. Ada tiga pengaruh yang dapat dipetik dari keteladanan seorang pemimpin, yakni:
a.       Pengaruh bersifat fisik dan kualitas sifat tertentu dari seorang pemimpin yang menjadi panutan atau contoh bagi para pengikutnya dalam mewujudkan suatu tindakan. Misalnya, sifat melayani, bertanggung jawab, murah senyum, suka menolong, dan sebagainya.
b.      Pengaruh bersifat non fisik berupa semangat, mental dan moral seorang pemimpin yang mempengaruhi para pengikutnya untuk tetap mengikuti walaupun antara pemimpin dan para pengikut jarang bertemu secara fisik.
c.       Pengaruh pendidikan dan pengetahuan berupa ide, gagasan, pemikiran dan visi kenegaraan serta karya-karya kemanusiaan yang secara tidak langsung mempengaruhi para pengikutnya.

V. GAYA ATAU JENIS KEPEMIMPINAN
            Bobot kepemimpinan seorang pemimpin sangat ditentukan oleh bagaimana dan seberapa besar seorang pemimpin dapat mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya. Hal itu akan terjadi sangat tergantung pada gaya atau jenis kepemimpinan yang digunakan seorang pemimpin.
            Berdasarkan berbagai pengalaman empirik serta didukung oleh berbagai buku referensi yang menyoroti tentang kepemimpin menyebutkan bahwa ada empat gaya kepemimpinan yang berkembang di dunia, yakni:
  1. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis (Participatory democracy) lebih mengedepankan musyawarah untuk mencapai kata sepakat dalam suatu kegiatan bersama. Dalam gaya kepemimpinan jenis demokratis ini, pemimpin lebih banyak memberikan peluang dan ruang yang sama kepada orang-orang yang dipimpinnya untuk mengemukakan hak dan pendapatnya. Gaya kepemimpinan seperti ini sering disebut juga bottom up (aspirasi dari bawah). Salah satu contoh riil gaya kepemimpinan demokratis yang sering dilakukan oleh seorang kepala desa dengan cara rembug desa terhadap rakyatnya dalam membangun desa secara bergotong royong, dan sebagainya.
  1. Gaya Kepemimpinan Birokratis
Gaya kepemimpinan birokratis dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya lebih mengacu pada aturan-aturan yang berlaku. Contoh, seorang kepala kantor pemerintah menggunakan gaya kepemimpinan birokratis terhadap pegawainya.
  1. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Gaya kepemimpinan autokratis lebih menekankan pada penggunaan kekuasaan yang mutlak. Gaya kepemimpinan autokratis ini sering disebut top down (di drop dari atas). Contoh, seorang komandan peleton di medan perang cenderung memakai gaya kepemimpinan autokratis untuk memenangkan pertempuran dan menghindari agar prajuritnya tidak mati konyol.
  1. Gaya Kepemimpinan Paternalistik
Gaya kepemimpinan paternalistik lebih menekankan cinta kasih dalam memimpin para anggotanya. Artinya, nilai persaudaraan dan kekeluargaan lebih banyak ditampilkan dalam memimpin orang-orang yang dipimpinnya. Contoh, seorang pemimpin agama dalam membimbing umatnya lebih cocok menggunakan gaya kepemimpinan paternalistik.
Semua gaya kepemimpinan ini penerapannya sangat tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapinya. 

VI. SYARAT PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN YANG DAPAT DITERIMA UMUM
            Ada sembilan syarat pemimpin dan kepemimpinan yang dapat diterima oleh umum. Kesembilan syarat itu adalah:
  1. Pemimpin Yang Terpercaya.
Pemimpin yang terpercaya terlihat dari pembicaraan dan tindakannya yang dapat dipercayai oleh orang-orang yang dipimpinnya sehingga keberadaannya diakui, didukung dan bahkan dicari oleh para pengikutnya. Ia tidak asal omong, melainkan riil dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin.  
  1. Pemimpin Yang Dipilih Rakyat
Seseorang diangkat menjadi pemimpin bukan karena money politic (politik uang), kekuasaan, KKN dan sebagainya, melainkan karena ia dipilih oleh rakyat sendiri. Konsekwensinya, ia akan mendapat dukungan dari para pengikutnya dan segala keputusannya dapat terlaksana dengan baik oleh orang-orang yang dipimpinnya. Sebaliknya, akan menjadi mandek bahkan menjadi momok yang menghancurkan.
  1. Pemimpin Yang Bertanggung Jawab
Pemimpin yang bertanggung jawab akan mendapat dukungan penuh dari orang-orang yang dipimpinnya. Karena ia melaksanakan misi amanat para anggotanya dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan dan tidak dilakukan baik oleh dirinya maupun anak buahnya.
Pemimpin yang bertanggung jawab memiliki kemauan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang telah dilakukannya dan berani mengambil resiko apa pun untuk kepentingan organisasinya.
  1. Pemimpin Yang Memiliki Visi dan Misi Yang Jelas
Pemimpin yang memiliki visi dan misi pada umumnya memiliki program kerja yang jelas.  Karena visi itu dapat memberikan arah dan pandangan jauh kedepan, dan misi merupakan suatu tindakan konkrit untuk merealisasikan visi yang ada. Di pihak lain, pemimpin yang memiliki visi dan misi yang jelas memberikan harapan-harapan segar kepada para pengikutnya agar mereka termotivasi untuk menjalankan yang dikehendaki pemimpin.
  1. Pemimpin Yang Akseptabilitas
Akseptabilitas artinya seorang pemimpin yang memiliki persyaratan moralitas yang baik, kemampuan fisik, mental dan intelektual di atas rata-rata agar dapat diterima oleh orang-orang yang dipimpinnya serta unsur kepantasan sebagai pemimpin.
Selain itu, dia juga perlu memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dengan tenang berdasarkan pertimbangan nalar yang baik. Karena itu, ia tidak boleh mengambil keputusan terburu-buru atau tergesa-gesa, lamban dan sering berubah-ubah. Sebaliknya, ia harus mantap dan dewasa dalam mengambil suatu kebijakan.
  1. Pemimpin Yang Bijaksana
Pemimpin yang bijaksana harus memiliki kearifan dalam memutuskan sesuatu sehingga keputusannya bisa adil dan bijaksana dalam mengambil keputusan yang terbaik bagi orang-orang yang dipimpinnya.
  1. Pemimpin Yang Berwibawa
Kewibawaan seorang pemimpin terletak pada kualitas mental, moril dan moral yang terpancar dari keperibadiannya.
Pemimpin yang berwibawa adalah pemimpin yang memiliki pengaruh terhadap pengikutnya. Pengaruh tersebut bukan didapat dari posisi dan jabatannya, melainkan karena faktor-faktor kepercayaan, tanggung jawab dan kearifan akseptabilitas dalam visi yang benar sebagai pemimpin.
  1. Pemimpin Yang Berhati Rakyat
Pemimpin yang berhati rakyat selalu memikirkan dan mendengarkan keluhan serta kebutuhan rakyatnya. Ia selalu hadir untuk rakyat, dekat dengan rakyat, memhami kondisi rakyat apa adaya. Karena itu, hidup dan karyanya dibaktikan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
  1. Pemimpin Yang Beriman
Pemimpin yang beriman pada umumnya takut terhadap Tuhan. Ia tidak suka berkecimpung dalam rimba KKN dan sebagainya. Sebaliknya, ia selalu taat agama dan lebih senang hidup dalam kedamaian, cinta kasih dan pelayanan yang tampa pamrih.

VII. PROSES TERJADINYA PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN
            Pemimpin dan kepemimpinan tidak terjadi atau terbentuk begitu saja, melainkan melewati proses yang panjang dan bahkan melelahkan. Pemimpin dan kepemimpin itu terjadi melalui:
  1. Proses Panjang
Proses kepemimpinan itu terjadi melalui suatu proses panjang dari bawah dan bukan instan karena KKN, money politik dan sebagainya.
  1. Berjuang dari Bawah
Pemimpin itu terjadi melalui perjuangan dari bawah dengan melalui pengalaman suka duka akan lebih berwibawa dan dipercayai oleh para pengikutnya. Ketimbang tiba-tiba muncul dari hutan KKN dan money politik.
  1. Tidak Berhenti Belajar
Pemimpin adalah orang yang tidak berhenti belajar, baik belajar dari pengalaman sendiri maupun orang lain.
  1. Haus Akan Pengalaman Baru
Pemimpin adalah orang yang haus akan pengalaman baru. Seperti pengalaman dalam memimpin tidak akan tergantikan dan sangat dibutuhkan oleh para pemimpin muda.
  1. Pandai Mengembangkan Talenta
Pemimpin adalah orang yang pandai mengembangkan telenta. Hal itu sangat pas dengan apa yang dikatakan Yesus, ‘mereka yang setia pada perkara-perkara kecil akan mendapat kepercayaan untuk perkara-perkara besar.

VIII. KRISIS KEPEMIMPINAN
            Krisis kepemimpinan terjadi disebabkan oleh:
1.       Sebagian pemimpin mendapatkan posisinya dengan jalan politik uang (Money Politics) dan KKN yang menyebabkan mereka harus membayar kembali utang-utang politik kepada para pengikutnya. Konsekwensinya, ia tidak konsern terhadap tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya.
2.       Penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan dari uang rakyat.
3.       Pemiskinan keteladanan dan sikap kenegarawan pemimpin semakin langkah. Sebaliknya, semakin banyak politisi yang cenderung hanya berpikir bagaimana memenangkan pemilihan dan mendapatkan kekuasaan. Bahkan berpikir korup, seperti korup waktu, jabatan, bicara, studi banding dan sebagainya.

PENUTUP
            Pemimpin dan kepemimpinan itu bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, melainkan ia membutuhkan pengorbanan dan kemauan yang kuat untuk berjuang dan mempertanggungjawabkan secara konkrit dalam kehidupan praktis. Karena menjadi pemimpin serta mempraktek gaya kepemimpinan yang dapat diterima semua pihak, tidak cukup kalau orang hanya tahu omong, melainkan antara kata dan perbuatannya harus sejalan.
Selain itu, menjadi pemimpin bukan monopolisi individu atau kelompok tertentu, melainkan siapa saja bisa menjadi pemimpin. Asal ia dapat memenuhi kriteria umum untuk menjadi pemimpin. Juga menjadi pemimpin bukan bertujuan untuk menguasai orang-orang dipimpinnya, melainkan untuk melayani. Beranikan kita menjadi pemimpin? Mari kita belajar memimpin mulai dari diri kita sendiri.**


[1]Martinus Jimung adalah mantan dosen Fisip Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, NTT.  Pekerjaannya sekarang sebagai ‘gelandangan intelektual’. Makalah ini dibawahkan pada saat Temu Raya Muda-Mudi Katolik Rayon MASATIPI di desa Belayan Kecamatan Malinau Utara, Kaltim pada tanggal 10-15 Oktober 2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar