Martinus
Jimung, S.Fil.M.Si[1]
PENDAHULUAN
Berbicara tentang Pemimpin dan
Kepemimpinan merupakan hal yang lumrah (yang biasa) yang sering kita dengar,
lihat dan bahkan mungkin kita alami dalam kehidupan
praktis. Seperti sebagai ketua kelompok, ketua kelas, ketua mudika, pemimpin
regu, kapten kesebelasan, pelatih keenaman dan lain sebagainya. Singkatnya,
kita pernah bahkan bersinggungan dengan kata pemimpin dan kepemimpinan itu.
Pada tahap ini,
muncul pertanyaan gugatan. Apa
itu pemimpin dan kepemimpinan? Mengapa orang berlomba-lomba menjadi pemimpin? Bagaimana
teori munculnya pemimpin dan kepemimpinan? Apakah fungsi seorang pemimpin?
Bagaimana gaya
kepemimpinan? Apakah syarat-syarat
menjadi pemimpin? Untuk apa orang menjadi pemimpin? Apa yang harus dikerjakan
oleh seorang pemimpin? Nilai apa yang harus dicapai oleh pemimpin? Bagaimanakah
proses terjadinya pemimpin? Kriteria pemimpin yang dapat diterima umum? Mengapa
bisa terjadi krisis kepemimpinan?
Pertanyaan-pertanyaan ini akan penulis kupas dalam pembahasan selanjutnya.
I. DEFINISI PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN
Ada banyak buku yang menulis tentang pemimpin dan kepemimpinan. Tentu saja,
kajiannya sangat beraneka ragam, mulai dari modul untuk keperluan pelatihan
tingkat dasar hingga pelatihan tingkat pusat, mulai dari pelatihan tingkat desa
sampai tingkat nasional dan bahkan internasional. Ringkasnya, sangat banyak
definisi sehingga penulis tidak dapat menyebutnya satu persatu dalam ulasan
sederhana ini.
Arthur Jago dalam bukunya ‘Leadership
Perspective in Theory and Reaserch’ (Management Science,
Vol. 22, 19820) seperti yang dikutip oleh Prof. Dr. Alo
Liliweri dalam buku Roh Kepemimpinan Sejati, Sebuah
Pencarian Jati Diri Pemimpin karangan Herman Musakabe
(Citra Insan pembaru, Jakarta,
2004, P. ix) mengembangkan sebuah kerangka konseptual
tentang Pemimpin
(leader) dan Kepemimpinan (Leadership) ke dalam dua
dimensi, yakni:
- Dimensi yang memusatkan perhatian pada pandangan atau perspektif perangai dan perilaku. Perspektif perangai selalu menempatkan pemimpin dan kepemimpinan sebagai suatu karakteristik perangai yang relatif stabil yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Artinya, pemimpin memiliki karakteristik-karakteristik perangai internal tertentu yang menjadi syarat bagi seorang pemimpin yang efektif. Sedangkan perspektif perilaku selalu mengacu pada perilaku eksternal pemimpin. Perspektif ini lebih mementingkan tindakan eksternal pemimpin sebagai individu.
- Dimensi yang memusatkan perhatian pada pola pendekatan, yakni: pendekatan universal dan kontingensi (kesinambungan atau keterpaduan). Perspektif universal lebih merujuk pada pernyataan bahwa ‘hanya ada satu jalan terbaik’ untuk memimpin yakni bahwa kepemimpinan yang efektif selalu dapat berperan dalam situasi dan kondisi organisasi yang berbeda-beda. Sementara perspektif kontingensi berasumsi (berpendapat) bahwa kepemimpinan sangat tergantung atas situasi dan kondisi. Singkatnya, definisi pemimpin dan kepemimpinan selalu mengacu pada keempat perspektif, yakni: perspektif perangai, perilaku, universal dan kontingensi. Atau secara sederhana pemimpin didefinisikan sebagai orang, pribadi atau individu yang mengatur atau mengelola suatu organisasi atau kegiatan. Sedangkan kepemimpinan lebih dimaknai sebagai pola, cara, gaya, seni atau metode yang digunakan seorang pemimpin dalam mengelola atau memimpin suatu organisasi atau kegiatan berdasarkan situasi dan kondisi tertentu sesuai dengan perangai dan perilakunya yang bersifat universal.
II. MENGAPA ORANG BERLOMBA-LOMBA MENJADI PEMIMPIN?
Menjadi pemimpin merupakan hak setiap orang. Karena itu, siapa saja dapat menjadi
pemimpin, paling kurang menjadi pemimpin diri sendiri. Karena menjadi pemimpin
itu merupakan hak
semua orang, maka wajarlah kalau setiap orang
berlomba-lomba menjadi pemimpin sekecil apapun.
Orang
berlomba-lomba menjadi pemimpin karena ada suatu nilai yang ingin dicapai. Nilai-nilai itu adalah:
- Nilai Intelegensi (Kemampuan)
Orang yang menjadi pemimpin menunjukkan kepada orang lain bahwa ia mampu
memimpin, mengatur dan melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya.
Kemampuan itu sangat mengandaikan bahwa ia memiliki pengetahuan yang cukup
untuk mengatur dan mempengaruhi orang yang dipimpinnya.
- Nilai Pelayanan
Setiap orang dipanggil untuk melayani dan bukan untuk dilayani. Demikian juga seorang
pemimpin dipilih dan ditetapkan untuk melayani orang yang dipimpinnya. Maka
nilai yang dikejar oleh setiap pemimpin dalam mengorganisir orang-orang yang
dipimpinya adalah pelayanan
dan bukan kekuasaan yang diraihnya. Contoh pemimpin
yang melayani adalah Yesus,
Ibu Theresia dari Kalkuta, dan lain sebagainya.
Berbagai krisis yang
terjadi dalam dunia kepemimpinan selama ini disebabkan karena para pemimpin
sibuk mengejar
kekuasaan dan hal-hal yang bersifat material atau duniawi. seperti uang, pangkat, kedudukan, kuasa, penghormatan, pujian,
materi dan lain sebagainya.
- Nilai Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan salah satu nilai penting yang perlu dimiliki oleh setiap
pemimpin. Pemimpin yang bertanggung jawab dapat diterima oleh para pengikutnya.
Ia bertanggung jawab terhadap orang yang dipimpinnya dan terhadap setiap
perkataan yang disampaikannya. Karena ia melaksanakan amanat Tuhan untuk
menyelamatkan orang-orang yang dipimpinannya.
- Nilai Sosial
Seorang pemimpin dilantik untuk menjadi saudara bagi yang lain. Kehadirannya
membawa terang bagi orang-orang yang dipimpinnya melalui tanggung jawab dan
kesaksian hidup sebagai pemimpin. Dedikasi dan
pengabdiannya terhadap tugas dan orang-orang yang dipimpinnya semakin
dipertajam melalui kemampuannya untuk mempengaruhi para pengikutnya.
Di pihak lain, dengan
menjadi pemimpin harkat dan martabatnya sebagai pemimpin semakin dihargai dan
dihormati dalam kehidupan bersama.
- Nilai Ekonomi
Orang berlomba-lomba menjadi pemimpin karena ada nilai ekonomi yang terkandung dibalik perjuangannya. Karena dengan menjadi
pemimpin status sosial dan ekonomi terangkat.
Selain itu, ia akan
mendapat banyak kemudahan dalam memiliki dan menggunakan sarana dan prasarana atau
fasilitas umum. Akibatnya, ia menjadi cepat kaya, status sosialnya lebih maju
dari yang lain, kehidupan ekonominya berkecukupan, lebih mewah, elite dan
sebagainya.
- Nilai Politik
Menurut David Eatson, politik itu lebih dimaknai sebagai seni (art) mempengaruhi orang lain. Demikian juga dengan pemimpin dan
kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu seni dan ilmu untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya sehingga dari
orang-orang yang dipimpin itu timbul suatu kemauan, respek (tanggapan)
kepatuhan dan kepercayaan terhadap pemimpin untuk
melaksanakan yang dikehendaki oleh pemimpin secara efektif dan efisien.
Nilai politik yang hendak
dicapai oleh seorang pemimpin adalah kemampuan untuk mempengaruhi
orang-orang yang dipimpinnya untuk menuruti kemauan atau kehendak pemimpin. Maka tidaklah mengherankan kalau dalam mencapai nilai tersebut
para pemimpin menggunakan berbagai cara, baik cara-cara hal maupun tidak halal.
Cara tidak halal yang sering muncul seperti praktek politik uang (money politik), menggunakan joki
(orang lain yang mengerjakn sosial) waktu ujian PNS atau ujian Universitas
terbuka, KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme), dan
sebagainya. Akibatnya, orang menjadi pemimpin semu karena ia menyalahgunakan
kekuasaan pemimpin. Pemimpin yang semu itu ibarat pencuri yang masuk kandang
domba tidak melalui pintu, melainkan memanjat tembok untuk mencuri domba-domba
di dalamnya.
III.
TEORI PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN
Ketika mengupas sub
bagian ini terlintas dalam benak penulis pertanyaan keingintahuan, yakni: Apakah para pemimpin itu dilahirkan atau diciptakan? Ada tiga teori yang menjelaskan pertanyaan keingintahuan ini.
- Teori Genetis
Teori genetic (Heriditas) atau keturunan
mengatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena ia
dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan (leaders are born and not made) dan ia menjadi pemimpin karena karismanya. Teori ini umumnya bersifat determenisti dan dianut oleh umat pada
masa umat dipimpin oleh para nabi atau raja yang dipilih dan diutus oleh Allah.
- Teori Ekologis
Teori ekologis lebih mengacu pada lingkungan yang
mengatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin karena pendidikan,
pengalaman dan kesempatan. Artinya, orang menjadi
pemimpin karena melalui pendidikan yang dipelajarinya, pengalaman melihat orang
lain atau sendiri yang pernah dilewatinya, dan kesempatan pernah menduduki suatu
jabatan tertentu dalam suatu pekerjaan atau organisasi yang diberikan kepadanya
untuk memimpin.
- Teori Sosial
Teori sosial sangat bertentangan dengan teori genetis, tetapi cukup dekat dengan
teori ekologis. Karena menurut teori sosial bahwa setiap orang bisa menjadi
pemimpin kalau ia
memperoleh pendidikan, mendapatkan pengalaman dan memiliki kesempatan yang
cukup untuk membuktikan kemampuannya.
Teori inilah yang banyak
dikembangkan di masyarakat. Contoh konkrit, munculnya berbagai lembaga
pendidikan bagi para perwira militer, pejabat pemerintah atau non pemerintah
dan pengusaha swasta yang memberikan bekal kemampuan bagi para calon pemimpin
untuk menduduki jabatan penting dalam organisasi dan sebagainya.
IV. FUNGSI PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN
Ada enam fungsi
pemimpin dan kepemimpinan yang perlu dimiliki oleh para pemimpin, yakni:
- Sebagai Gembala atau Pelayan
Makna terbesar bagi seorang pemimpin adalah menjadi gembala atau pelayan. Karena ia dipilih serta dilantik untuk menjadi pelayan bagi
orang-orang yang dipimpinnya. Konsekwensinya, seluruh hidup dan karyanya
senantiasa terarah kepada pelayanan bagi para anggota yang dipimpinnya. Contoh
pelayan sejati adalah Yesus. Ia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani.
Sebagai pelayan, para
pemimpin pun hendaknya mengenal karakteristik (watak dan tabiat) orang-orang yang dipimpinnya. Entah itu kebutuhan dan keinginan
yang mereka harapkan maupun perencanaan sebelum dan sesudahnya. Sebagai pelayan,
pemimpin juga harus sanggup
dan rela berkorban untuk orang yang dipimpinnya,
bahkan bila perlu ia rela memberikan nyawanya seperti Yesus untuk orang-orang
yang dipimpinnya, dan bukan sebaliknya mengorbankan anak buahnya untuk
memuluskan kepentingannya.
Selain itu, pemimpin juga
perlu ‘merasa
memiliki’ orang-orang yang dipimpinnya (sense of
belonging). Karena hanya dengan cara demikian para
pemimpin dapat mencurahkan segala bakat dan kemampuannya secara total untuk
kepentingan orang-orang yang dipimpinnya. Maka ‘memiliki’ disini bukan berarti menguasai, melainkan memahami kondisi riil
mereka untuk mengambil langkah antisipasi demi mengatur strategi baru yang
tepat sasar dan tepat guna. Artinya, pemimpin tidak menjual kebodohan atau
kemiskinan orang-orang yang dipimpinnya untuk kepentingan diri dan
kroni-kroninya.
- Sebagai Pemersatu
Persatuan dan kesatuan merupakan kerinduan semua pihak. Demikian juga
kehadiran seorang pemimpin di dalam komunitas orang-orang yang dipimpinnya
harus menjadi pemersatu. Hal tersebut dapat ditunjukkan melalui tanggung jawab
dalam memimpin dan melaksanakan tugas-tugasnya serta kesaksian hidup nyata yang
tampak dalam mentalitas hidupnya. Contoh tokoh dunia sebagai pemersatu, yakni: Ratu Elisabeth dari Inggris,
Nelson Mandela dari Afrika Selatan, dan lain
sebagainya.
- Sebagai Penggerak
Selain fungsi pemimpin sebagai pelayan dan pemersatu, ia juga berperan sebagai penggerak, yakni untuk menggerakan
orang-orang yang dipimpinnya agar mereka mau menjalankan atau mengikuti apa
yang diperintahkannya.
Berkaitan dengan fungsi
ini, maka relasi antara pemimpin dengan anggotanya adalah pembimbing, pemberi arah, pemberi perintah, pemberi motivasi (dorongan)
dan pemberi teladan untuk mempengaruhi apa yang
dipimpinnya.
- Sebagai Pengatur
Sebagai pengatur, ia mengatur berbagai strategi agar orang-orang yang
dipimpinnya dapat melaksanakan sesuatu sesuai dengan apa yang telah ditetapkan
atau diatur oleh pemimpin.
Sedangkan pola relasi yang
dibangun antara pemimpin dan orang yang dipimpin adalah atasan dan bawahan, pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan.
- Sebagai Teladan atau Contoh
Seorang pemimpin harus menjadi teladan atau contoh yang
baik bagi orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam hal kualitas pengetahuan
dan moral maupun kualitas iman. Keteladanan itu
berkaitan erat dengan kehormatan dan integritas seorang pemimpin. Sebab
keteladan hidup dan karyanya dapat memberikan manfaat bagi orang-orang yang
dipimpinnya, yakni dapat menanamkan pengaruh untuk melaksanakan kesepakatan
bersama.
Pengaruh keteladanan
pemimpin terhadap pengikut dapat beragam sifatnya tergantung besarnya lingkup
kepemimpinan. Ada
tiga pengaruh yang dapat dipetik dari keteladanan seorang pemimpin, yakni:
a.
Pengaruh bersifat fisik dan kualitas
sifat tertentu dari
seorang pemimpin yang menjadi panutan atau contoh bagi para pengikutnya dalam
mewujudkan suatu tindakan. Misalnya, sifat melayani, bertanggung jawab, murah
senyum, suka menolong, dan sebagainya.
b.
Pengaruh bersifat non fisik
berupa semangat, mental dan moral seorang pemimpin yang mempengaruhi para pengikutnya untuk tetap
mengikuti walaupun antara pemimpin dan para pengikut jarang bertemu secara
fisik.
c.
Pengaruh pendidikan dan pengetahuan
berupa ide, gagasan, pemikiran dan visi kenegaraan serta karya-karya kemanusiaan yang secara tidak
langsung mempengaruhi para pengikutnya.
V. GAYA ATAU JENIS KEPEMIMPINAN
Bobot kepemimpinan
seorang pemimpin sangat ditentukan oleh bagaimana dan seberapa besar seorang
pemimpin dapat mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya. Hal itu akan terjadi
sangat tergantung pada gaya atau jenis kepemimpinan yang digunakan seorang
pemimpin.
Berdasarkan
berbagai pengalaman empirik serta didukung oleh berbagai buku referensi yang
menyoroti tentang kepemimpin menyebutkan bahwa ada empat gaya kepemimpinan yang
berkembang di dunia, yakni:
- Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis (Participatory democracy) lebih mengedepankan musyawarah untuk mencapai kata sepakat dalam suatu kegiatan bersama. Dalam gaya kepemimpinan jenis demokratis ini,
pemimpin lebih banyak memberikan peluang dan ruang yang
sama kepada orang-orang yang dipimpinnya untuk mengemukakan hak dan
pendapatnya. Gaya
kepemimpinan seperti ini sering disebut juga bottom up (aspirasi dari bawah).
Salah satu contoh riil gaya kepemimpinan demokratis yang sering
dilakukan oleh seorang kepala desa dengan cara rembug desa terhadap rakyatnya
dalam membangun desa secara bergotong royong, dan sebagainya.
- Gaya Kepemimpinan Birokratis
Gaya kepemimpinan birokratis dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya
lebih mengacu pada aturan-aturan yang berlaku.
Contoh, seorang kepala kantor pemerintah menggunakan gaya kepemimpinan
birokratis terhadap pegawainya.
- Gaya Kepemimpinan Autokratis
Gaya kepemimpinan autokratis lebih menekankan pada penggunaan kekuasaan yang mutlak. Gaya
kepemimpinan autokratis ini sering disebut top
down (di drop dari atas). Contoh, seorang komandan
peleton di medan perang cenderung memakai gaya kepemimpinan autokratis untuk
memenangkan pertempuran dan menghindari agar prajuritnya tidak mati konyol.
- Gaya Kepemimpinan Paternalistik
Gaya kepemimpinan paternalistik lebih menekankan cinta kasih dalam memimpin para anggotanya. Artinya, nilai persaudaraan
dan kekeluargaan lebih banyak ditampilkan dalam
memimpin orang-orang yang dipimpinnya. Contoh, seorang pemimpin agama dalam
membimbing umatnya lebih cocok menggunakan gaya kepemimpinan paternalistik.
Semua gaya kepemimpinan ini penerapannya sangat
tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapinya.
VI. SYARAT PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN YANG DAPAT
DITERIMA UMUM
Ada sembilan syarat
pemimpin dan kepemimpinan yang dapat diterima oleh umum. Kesembilan syarat itu
adalah:
- Pemimpin Yang Terpercaya.
Pemimpin yang terpercaya terlihat dari pembicaraan dan tindakannya yang
dapat dipercayai oleh orang-orang yang dipimpinnya sehingga keberadaannya
diakui, didukung dan bahkan dicari oleh para pengikutnya. Ia tidak asal omong,
melainkan riil dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya sebagai
pemimpin.
- Pemimpin Yang Dipilih Rakyat
Seseorang diangkat menjadi pemimpin bukan karena money politic (politik uang), kekuasaan, KKN dan sebagainya, melainkan karena ia dipilih oleh rakyat sendiri. Konsekwensinya, ia akan
mendapat dukungan dari para pengikutnya dan segala keputusannya dapat
terlaksana dengan baik oleh orang-orang yang dipimpinnya. Sebaliknya, akan menjadi
mandek bahkan menjadi momok yang menghancurkan.
- Pemimpin Yang Bertanggung Jawab
Pemimpin yang bertanggung jawab akan mendapat dukungan penuh dari
orang-orang yang dipimpinnya. Karena ia melaksanakan misi amanat para
anggotanya dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan dan tidak dilakukan
baik oleh dirinya maupun anak buahnya.
Pemimpin yang bertanggung
jawab memiliki kemauan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang telah dilakukannya dan
berani mengambil resiko apa pun untuk kepentingan organisasinya.
- Pemimpin Yang Memiliki Visi dan Misi Yang Jelas
Pemimpin yang memiliki visi dan misi pada umumnya memiliki program kerja
yang jelas. Karena visi itu dapat
memberikan arah
dan pandangan jauh kedepan, dan misi merupakan
suatu tindakan konkrit untuk merealisasikan visi yang ada. Di pihak lain,
pemimpin yang memiliki visi dan misi yang jelas memberikan harapan-harapan segar
kepada para pengikutnya agar mereka termotivasi untuk menjalankan yang
dikehendaki pemimpin.
- Pemimpin Yang Akseptabilitas
Akseptabilitas artinya seorang pemimpin yang memiliki persyaratan moralitas yang baik, kemampuan fisik, mental dan intelektual di atas rata-rata agar dapat diterima oleh orang-orang yang
dipimpinnya serta unsur kepantasan sebagai pemimpin.
Selain itu, dia juga perlu
memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dengan tenang berdasarkan
pertimbangan nalar yang baik. Karena itu, ia tidak boleh mengambil keputusan
terburu-buru atau tergesa-gesa, lamban dan sering berubah-ubah. Sebaliknya, ia
harus mantap dan dewasa dalam mengambil suatu kebijakan.
- Pemimpin Yang Bijaksana
Pemimpin yang bijaksana harus memiliki kearifan dalam memutuskan sesuatu
sehingga keputusannya bisa adil dan bijaksana dalam mengambil keputusan yang
terbaik bagi orang-orang yang dipimpinnya.
- Pemimpin Yang Berwibawa
Kewibawaan seorang pemimpin terletak pada kualitas mental, moril dan
moral yang terpancar dari keperibadiannya.
Pemimpin yang berwibawa
adalah pemimpin yang memiliki pengaruh terhadap pengikutnya. Pengaruh tersebut
bukan didapat dari posisi dan jabatannya, melainkan karena faktor-faktor kepercayaan,
tanggung jawab dan kearifan akseptabilitas dalam visi yang benar sebagai
pemimpin.
- Pemimpin Yang Berhati Rakyat
Pemimpin yang
berhati rakyat selalu memikirkan dan mendengarkan keluhan serta kebutuhan
rakyatnya. Ia selalu hadir untuk rakyat, dekat dengan rakyat, memhami kondisi
rakyat apa adaya. Karena itu, hidup dan karyanya dibaktikan bagi orang-orang
yang dipimpinnya.
- Pemimpin Yang Beriman
Pemimpin yang beriman pada umumnya takut terhadap Tuhan. Ia tidak suka
berkecimpung dalam rimba KKN dan sebagainya. Sebaliknya, ia selalu taat agama
dan lebih senang hidup dalam kedamaian, cinta kasih dan pelayanan yang tampa
pamrih.
VII. PROSES TERJADINYA PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN
Pemimpin dan
kepemimpinan tidak terjadi atau terbentuk begitu saja, melainkan melewati
proses yang panjang dan bahkan melelahkan. Pemimpin dan kepemimpin itu terjadi
melalui:
- Proses Panjang
Proses kepemimpinan
itu terjadi melalui suatu proses panjang dari bawah dan bukan instan karena KKN,
money politik dan sebagainya.
- Berjuang dari Bawah
Pemimpin itu terjadi
melalui perjuangan dari bawah dengan melalui pengalaman suka duka akan lebih
berwibawa dan dipercayai oleh para pengikutnya. Ketimbang tiba-tiba muncul dari
hutan KKN dan money politik.
- Tidak Berhenti Belajar
Pemimpin adalah orang
yang tidak berhenti belajar, baik belajar dari pengalaman sendiri maupun orang
lain.
- Haus Akan Pengalaman Baru
Pemimpin adalah orang
yang haus akan pengalaman baru. Seperti pengalaman dalam memimpin tidak akan
tergantikan dan sangat dibutuhkan oleh para pemimpin muda.
- Pandai Mengembangkan Talenta
Pemimpin adalah orang
yang pandai mengembangkan telenta. Hal itu sangat pas dengan apa yang dikatakan
Yesus, ‘mereka yang setia pada perkara-perkara kecil akan mendapat kepercayaan
untuk perkara-perkara besar.
VIII. KRISIS KEPEMIMPINAN
Krisis kepemimpinan
terjadi disebabkan oleh:
1.
Sebagian
pemimpin mendapatkan posisinya dengan jalan politik uang (Money
Politics) dan KKN yang
menyebabkan mereka harus membayar kembali utang-utang politik kepada para
pengikutnya. Konsekwensinya, ia tidak konsern terhadap tugas dan tanggung jawab
yang dipercayakan kepadanya.
2.
Penyalahgunaan
wewenang atau kekuasaan dari uang rakyat.
3.
Pemiskinan
keteladanan dan sikap kenegarawan pemimpin semakin langkah. Sebaliknya,
semakin banyak politisi yang cenderung hanya berpikir bagaimana memenangkan
pemilihan dan mendapatkan kekuasaan. Bahkan berpikir korup, seperti korup
waktu, jabatan, bicara, studi banding dan sebagainya.
PENUTUP
Pemimpin dan
kepemimpinan itu bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, melainkan ia membutuhkan
pengorbanan dan kemauan yang kuat untuk berjuang dan mempertanggungjawabkan
secara konkrit dalam kehidupan praktis. Karena menjadi pemimpin serta
mempraktek gaya
kepemimpinan yang dapat diterima semua pihak, tidak cukup kalau orang hanya tahu
omong, melainkan antara kata dan perbuatannya harus sejalan.
Selain itu, menjadi pemimpin bukan
monopolisi individu atau kelompok tertentu, melainkan siapa saja bisa menjadi
pemimpin. Asal ia dapat memenuhi kriteria umum untuk menjadi pemimpin. Juga
menjadi pemimpin bukan bertujuan untuk menguasai orang-orang dipimpinnya,
melainkan untuk melayani. Beranikan kita menjadi pemimpin? Mari kita belajar
memimpin mulai dari diri kita sendiri.**
[1]Martinus Jimung adalah mantan dosen Fisip Universitas Katolik Widya
Mandira Kupang, NTT. Pekerjaannya
sekarang sebagai ‘gelandangan
intelektual’. Makalah ini dibawahkan pada saat Temu Raya Muda-Mudi
Katolik Rayon MASATIPI di desa Belayan Kecamatan
Malinau Utara, Kaltim pada tanggal 10-15 Oktober 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar