Martinus Jimung
(Artikel ini telah dipublikasi pada Jurnal Kesehatan Bung, ISSN No.2088-0340 Volume I, Edisi ke 3 September 2011,Kopertis Wilayah IX Sulawesi)
Abstract
This research
was conducted to see the relationship between clean water sanitation factors,
knowledge and behavior of mothers toward the cause of diarrhea in children
under five in the working area Houses Fatima Hospital Parepare. Of the three
villages in the region of Fatima Hospital Parepare selected 30 mothers of
children under five by random sampling. Furthermore, as many as 10 mothers were
selected from each village so that the respondents as a whole from the three
villages to 30 people. As for the relationship between independent variables,
namely the incidence of diarrhea and the dependent variable (sanitation, clean
water, knowledge and behavior), mothers analyzed through bivariate test. This
analysis by analyzing the cross tab table in order to test the research
hypothesis by using the Fisher test Exat Test.
The results
showed that the proportion (p-value) of clean water sanitation, knowledge and
behavior of the mother is greater than the value of alpha (α = 0.05). In clean
water sanitation variable value (p-value: 0.708 > 0.05). Further on the
value of knowledge variables (p-value: 0.721 > 0.05). Similarly, the
variable attitude of respondents to the incidence of diarrhea score (p-value
is: 0.139 > 0.05). This shows that among the factors insisted water
sanitation, maternal knowledge and behavior there is no significant correlation
with disease-causing factors of diarrhea among children under five in the
region of Fatima Hospital Parepare. Nul mean value (nol) was rejected because
it was not significant. That is, there are other factors that can cause
diarrheal disease.
Keywords:
Genesis
diarrhea, sanitation, clean water, knowledge and behavior of mothers.
PENDAHULUAN
Diare merupakan
salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian kalau tidak segera
ditolong. Kematian terjadi kebanyakan pada anak-anak dan usia lanjut, karena
pada usia ini pasien rentan terhadap dehidrasi (kekurangan cairan) dan elektrolitnya.
Menurut Murad,
sekitar 3,3 juta kematian akibat diare terjadi setiap tahunnya di seluruh
dunia. Di Amerika Serikat,
diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien
dirawat di rumah sakit tiap tahun (1,5% merupakan pasien dewasa) yang
disebabkan karena diare atau gastroenteritis
(Suririnah, Diare, Available grom http//google.coom,
diakses pada 17 September 2010). Dan angka ini paling tinggi terjadi pada anak-anak di bawah satu tahun
dengan perkiraan 20 kematian per 1.000 anak. Pada anak usia 1-5 tahun, angka
kematiannya menurun atau hanya sekitar lima dari 1.000 anak (Siririnah, Ibid).
Di negara
berkembang, angka kejadian diare
sangat bervariasi sesuai
umur penderita. Tapi umumnya angka kejadiannya pada usia dua tahun pertama dan
akan menurun seiring dengan bertambahnya usia anak. Namun, puncak angka
kejadian adalah pada anak usia antara enam sampai tujuh bulan. Frekuensi kejadian diare pada negara-negara berkembang
termasuk Indonesia lebih banyak 2-3 kali dibandingkan negara maju (http//Astaqauliyah.com/2010/
Artikel Kedokteran Patofisiologi Gejala-Gejala Klinik dan Penatalaksanaan
Diare, diakses 18/9/2010).
Angka
kejadian diare, disebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih
tinggi. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 angka kematian
akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita.
Selama tahun 2006 sebanyak 41 Kabupaten di 16 Provinsi melaporkan Kejadian Luar
Biasa (KLB) diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak
10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan karena rendahnya
ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat (Astaqauliyah.com, Ibid).
Kota
Parepare sebagai salah satu kota Madya di Provinsi Sulawesi Selatan banyak
ditemukan penyakit diare. Data Medical Record (MR) Rumah
Sakit Fatima Parepare menunjukkan bahwa jumlah penderita diare kategori anak-anak
(usia 1 bulan – 4 tahun ) pada tahun 2008 sebanyak 428 orang, pada tahun 2009
sebanyak 474 orang dan tahun 2010 (Januari – Maret) turun sementara menjadi 362
orang. Sementara data yang diperoleh dari Bidang Pemberantasan Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Parepare, jumlah penderita
diare pada pekan ke 4 bulan Oktober 2010 adalah 162 penderita, 114 dirawat di
puskesmas dan 2 meninggal di rumah sakit Andi Makasau Kota Parepare.
Upaya
pemberantas penyakit diare di Indonesia umumnya dan di kota Parepare khususnya
menggunakan metode yang umum, yakni pengobatan dan pemberian penyuluhan kepada ibu
balita dan masyarakat yang dilakukan oleh tenaga medis dari Puskesmas dan Rumah
Sakit. Seperti menjaga kebersihan lingkungan, menjaga pola makan dan menu
seimbang serta pola hidup bersih dan sehat. Dengan cara ini, kasus diare di wilayah
kerja Rumah Sakit Fatima Kota Parepare dapat dikendalikan, namun hasilnya masih
kurang memuaskan. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan, apa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dan kekurangan dalam pemberantasan diare di wilayah
kerja Rumah Sakit Fatima Parepare?
Studi yang
dilaporkan ini merupakan salah satu studi untuk melihat hubungan antara faktor
sanitasi air bersih, pengetahuan dan perilaku ibu terhadap penyebab penyakit
diare pada anak balita di wilayah kerja Rumah Sakit Fatima Kota Parepare. Tiga
puluh (30) ibu yang memiliki anak balita sebagai responden yang dipilih secara
random sampling menjadi sampel diwawancarai langsung dengan pertanyaan
kuisioner yang telah tersusun untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam
evaluasi ini. Dalam tulisan ini akan dikemukakan hasil analisis hubungan faktor
sanitasi air bersih, pengetahuan dan perilaku ibu terhadap penyebab penyakit
diare pada anak balita di wilayah kerja Rumah Sakit Fatima Kota Parepare.
BAHAN DAN METODE
Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di wilayah kerja Rumah Sakit Fatima Kota Parepare, yang meliputi tiga
Kelurahan yakni Kelurahan Ujung Bulu, Kelurahan Watang Soreang dan Kelurahan Lumpue.
Setiap Kelurahan yang terpilih diwakili oleh 10 ibu yang mempunyai anak balita.
Setiap Kelurahan yang dipilih berdasarkan jaraknya dari Rumah Sakit Fatima
(berada paling jauh, di tengah dan yang terdekat di mana Rumah Sakit Fatima
berada). Semua sampel Kelurahan yang terpilih dapat dijangkau oleh peneliti
dalam mengumpulkan data.
Populasi dan Sampel
Populasi
pilihan adalah para ibu yang mempunyai anak balita di tiga Kelurahan terpilih.
Daftar anak balita diperoleh dari Kepala Lurah setempat, dengan memilih 10
sampel ibu yang mempunyai anak balita setiap Kelurahan yang dipilih secara acak
oleh peneliti.
Sebanyak
30 ibu yang mempunyai anak balita diwawancarai dan dapat dianalisis dalam
penelitian ini. Hasil analisis yang dapat ditampilkan dalam penyajian ini
sebanyak 30 anak balita, yakni: 13 anak
balita yang menderita diare dan 17 tidak menderita diare.
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh 3 orang
mahasiswa tingkat terakhir AKPER Fatima Parepare. Ketiga mahasiswa ini dilatih
sebelum mewawancarai responden. Sebelum pengambilan data, peneliti mengadakan
observasi ke tiga Kelurahan untuk menggali informasi dari masyarakat mengenai sumber
air minum keluarga, keadaan rumah dan lingkungan sekitarnya.
Data yang berhasil dikumpulkan dalam
penelitian ini tentang sanitasi air bersih keluarga yang meliputi aspek sumber
air minum, sarana air bersih, kondisi fisik dan biologis air minum serta
pembuangan air limbah keluarga. Selain itu, data mengenai pengetahuan ibu
tentang diare, perilaku/sikap, kebiasaan mencuci tangan sebelum memberi makan
kepada anak balita dan penggunaan obat diare. Data dikumpulkan oleh peneliti dengan
menggunakan empat teknik pengumpulan data, yakni: Pertama, dokumentasi terutama terhadap kondisi lingkungan rumah dan
sekitarnya melalui sumber primer maupun sekunder. Kedua, observasi langsung ke lapangan untuk melihat kondisi riil keluarga
ibu yang mempunyai anak balita. Ketiga, wawancara, dilakukan melalui penggunaan kuesioner yang telah diuji
coba sebelumnya. Peneliti dibantu oleh 3 mahasiswa AKPER Fatima yang telah
dilatih sebelumnya datang mengunjungi setiap ibu yang mempunyai anak balita yang
ada di rumahnya dan mewawancarainya. Metode ini dipergunakan untuk memperoleh data
mengenai hubungan antara faktor sanitasi air bersih, pengetahuan dan perilaku
ibu terhadap penyebab penyakit diare pada anak balita.
Untuk
mengetahui sanitasi air bersih keluraga, peneliti mengelompokkan empat bagian,
yakni: Pertama, sumber air minum keluarga dengan
tiga pertanyaan kuisioner. Kedua,
sarana air bersih dengan delapan pertanyaan. Ketiga, kondisi fisik dan biologis air minum keluarga dengan
sepuluh pertanyaan, dan keempat
tempat pembuangan air limbah/kotor keluarga dengan lima pertanyaan. Untuk
mengetahui pengetahuan ibu tentang penyakit diare, peneliti mengajukkan 14
pertanyaan. Sementara untuk mengetahui perilaku/sikap ibu terhadap penyakit
diare, peneliti mengajukkan 12 pertanyaan.
Sedangkan
untuk mengetahui kebiasaan ibu mencuci tangan sebelum memberi makan kepada anak
balita dan penggunaan obat diare, peneliti mengajukkan 5 dan 4 pertanyaan. Semua
pertanyaan kuisioner ini telah diuji validitasnya. Selama pengumpulan data
berlangsung, kontrol terhadap kualitas data dilakukan dengan mencocokkan
kembali seluruh jawaban responden terhadap pertanyaan kuisioner yang telah
diajukkan. Di samping itu, observasi langsung dilakukan oleh peneliti di setiap
rumah keluarga yang telah dipilih sebagai responden untuk mencaritahu kebenaran
antara apa yang dijawab oleh responden dengan kenyataan yang sebenarnya.
Analisis Data
Data hasil
penelitian dilakukan analisis secara univariat dan selanjutnya secara bivariat.
Analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dan
proporsi dari setiap variabel penelitian. Dalam penelitian ini akan dianalisis
empat variabel saja, yakni variabel karakteristik responden. Selain itu, akan
ditampilkan analisis data ukuran central tendency dari beberapa variabel
penelitian, yakni variabel usia, pengetahuan, sikap, kebiasaan mencuci tangan
sebelum memberi makan kepada balita, variabel penggunaan obat diare dan
variabel sanitasi air bersih.
Analisi bivariat bertujuan untuk menguji
hipotesis penelitian dengan menggunakan uji Fisher Exat Test, dengan argumen
sebagai berikut: ada nilai harapan (expected value) dalam sel tabel 2 x 2 berjumlah
kurang dari 5), skala data variabel
independent dan dependent merupakan data kategorikal, yakni data berskala
ordinal. Di samping itu, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah, 30 sampel (
Sugyono, Statistik untuk Penelitian, 2009).
Hasil
uji Fisher Exat Test diperoleh nilai significansi atau nilai p (p-value)
kemudian dikomparasikan dengan nilai alfa (α), yakni 0.05. Jika p-value >
0.05, maka hipotesis Nul (nol) di tolak. Uji statistik tersebut menggunakan
paket pengolahan data statistik SPSS versi 17.0.
HASIL PENELITIAN
1. Analisis Univariat
Analisis
univariat meliputi penilaian karakteristik responden untuk mengetahui
distribusi, frekuensi dan persentase. Hasil penelitian didapatkan responden
berjumlah 30 orang ibu yang mempunyai anak balita berasal dari wilayah kerja
Rumah Sakit Fatima Kota Parepare. Lebih jelas karakteristik responden ibu yang
mempunyai anak balita dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel
1: Distribusi frekuensi karakteristik responden pada ibu yang mempunyai anak balita
di wilayah kerja
Rumah Sakit Fatima Kota
Parepare, 2010
No
|
Variabel
|
F (Frekuensi)
|
% (persentase)
|
1
|
Kelompok
Usia Ibu
·
<
25 tahun
·
25-30
tahun
·
30-35
tahun
·
35-40
tahun
·
>
40 tahun
|
7
12
3
7
1
|
23,4
40,0
9,9
23,4
3,3
|
2
|
Latar
belakang Pendidikan Ibu
·
Tamat
SD
·
Lulus
SD
·
Lulus
SLTP
·
Lulus
SLTA
·
Lulus
D3/PT
|
1
2
6
13
8
|
3,3
6,7
20,0
43,3
26,7
|
3
|
Jenis
Pekerjaan Ibu
·
PNS
·
Guru/dosen
·
Swasta
·
Ibu
Rumah Tangga
|
3
2
3
22
|
10,0
6,7
10,0
73,3
|
4
|
Besar
pengeluaran RT
·
> 500.000 per bulan
·
<
500.000 per bulan
|
24
6
|
80,0
20,0
|
Tabel 1 ini memperlihatkan
karakteristik responden ibu yang mempunyai anak balita
menurut kelompok usia, latar belakang
pendidikan, jenis pekerjaan dan besarnya pengeluaran rumah tangga. Pada
variabel kelompok usia, ibu yang mempunayi anak balita yang tergolong dalam
kelompok 25 – 30 tahun mempunyai frekuensi yang paling banyak, yakni 12 orang
(40%). Selanjutnya diikuti kelompok usia 34 - 40 tahun sebanyak 8 orang (26,7%)
dan kelompok usia 35 sampai 40 tahun 7 orang (23,4%). Sedangkan kelompok usia
> 40 tahun mempunyai frekuensi paling sedikit yakni 1 orang (3,3%). Kemudian
kelompok usia < 25 tahun dengan frekuensi 7 orang (23,4%).
Pada
variabel latar belakang pendidikan, responden ibu yang mempunyai anak balita dengan
latar belakang pendidikan SLTA mempunyai frekuensi paling banyak 13 orang
(43,3%). Kemudian diikuti latar belakang pendidikan D3/PT ada 8 orang (26,7%).
Selanjutnya responden ibu yang mempunyai anak balita dengan latar belakang
pendidikan SLTP ada 6 orang (20,0%) dan latar belakang pendidikan lulus SD ada 2 orang (6,7%). Sedangkan responden ibu yang
mempunyai anak balita dengan latar belakang pendidikan tamat SD mempunyai
frekuensi paling sedikit, yakni 1 orang (3,3%).
Karakteristik
responden ibu yang mempunyai anak balita menurut jenis pekerjaan memperlihatkan
responden dengan jenis pekerjaan sebagai ibu rumah tangga mempunyai frekuensi
lebih banyak yakni 22 orang (73,3%). Kemudian diikuti dengan responden ibu yang
mempunyai jenis pekerjaan Swasta dan PNS masing-masing mempunyai frekuensi 3
orang (10%). Sedangkan responden ibu dengan jenis pekerjaan sebagai guru/dosen
mempunyai frekuensi paling sedikit, yakni 2 orang (6,7%). Pada variabel bersarnya pengeluaran
rumah tangga memperlihatkan responden ibu yang mempunyai pengeluaran rumah
tangga kurang dari dari 500.000 per bulan mempunyai frekuensi paling sedikit
yakni 6 orang (20%). Sedangkan responden ibu yang mempunyai pengeluaran rumah
tangga lebih dari 500.000 per bulan mempunyai frekuensi paling banyak yakni ada
24 orang (80%).
2. Nilai Central Tendency
Nilai central
tendency pada penelitian ini meliputi beberapa variabel, yakni: variabel
sanitasi air bersih, variabel pengetahuan, variabel sikap/prilaku, variabel
kebiasaan mencuci tangan sebelum memberi makan kepada anak balita dan variabel
penggunaan obat diare. Hasil perhitungan tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel
2: Perhitungan Nilai Central Tendency Variabel Usia, Pengetahuan, sikap/prilaku,
kebiasaan
mencuci tangan sebelum memberi makan
kepada anak balita, penggunaan obat diare dan sanitasi
air bersih.
Ukuran Tendency
|
Usia
|
Pengetahuan Diare
|
Sikap Diare
|
Kebiasaan memcuci tangan
|
Penggunaan obat diare
|
Sanitasi Air Bersih
|
Mean
|
29,87
|
41,63
|
38,83
|
13,30
|
2,83
|
25,70
|
Median
|
28,75
|
42,63
|
38,50
|
14,00
|
1,00
|
25,29
|
Mode
|
23
|
41
|
37
|
15
|
1
|
25
|
Std.
Deviation
|
6,252
|
5,810
|
8,678
|
2,409
|
3,206
|
4,442
|
Variance
|
39,085
|
33,757
|
75,316
|
5,803
|
10,282
|
19,734
|
Range
|
23
|
21
|
40
|
10
|
8
|
15
|
Minimum
|
18
|
31
|
15
|
5
|
1
|
18
|
Maximum
|
41
|
52
|
55
|
15
|
9
|
33
|
Tabel 2 di atas
memperlihatkan pada variabel usia responden, maksimum usia responden adalah 41
tahun dan minimum 18 tahun dengan range 23 tahun. Selain itu, rata-rata usia
adalah 29,87 tahun, standar deviasi 6,252 dan variance 39,085. Selanjutnya,
pada variabel nilai pengetahuan memperlihatkan bahwa nilai responden paling
tinggi adalah 52, paling rendah 31, dan rata-rata nilai 42,63 dan standar
deviasi 5,810 dan variance 33,757.
Pada variabel
sikap tentang diare nilai tertinggi adalah 55 dan terendah 15 dengan rata-rata
38,83, standar deviasi 8,678 dan variance 75,316. Pada variabel kebiasaan ibu mencuci tangan
sebelum memberi makan kepada anak balita, tertinggi adalah 15 dan terendah 5
dengan rata-rata nilai 13,30, standar deviasi 2,409 dan variance 5,803.
Sedangkan pada
variabel penggunaan obat anti diare, nilai tertinggi adalah 9 dan terendah 1
dengan rata-rata 2,83, standar deviasi 3,206 dan variance 10,282. Pada variabel
sanitasi air bersih, nilai tertinggi adalah 33 dan terendah 18 dengan rata-rata
nilai 25,29, standar deviasi 4,442 dan variance 19,734.
3. Analisis Bivariat
Analisis
terhadap hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dilakukan
dengan melakukan uji bivariat. Analisis ini dengan melakukan uji tabel cross
tab dengan hasil analisis seperti terbaca pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3: Hubungan antara Sanitasi Air
Bersih, Pengetahuan, Sikap/Prilaku dan Kebiasaan Ibu Mencuci Tangan
sebelum memberikan makan dan
penggunaan obat diare dengan kejadian diare pada anak balita di
wilayah kerja Rumah Sakit Fatima Kota
Parepare
No
|
Variabel
|
Menderita Diare
|
|||
Ya
|
Tidak
|
||||
Frekuensi
|
%
|
Frekuensi
|
%
|
||
1
|
Sanitasi
Air Bersih
·
Jernih
·
Tidak
jernih
|
10
7
|
52,6
63,6
|
9
4
|
47,4
36,4
|
2
|
Pengetahuan
ibu
·
Cukup
·
Kurang
|
9
8
|
52,9
61,5
|
8
5
|
47,1
38,5
|
3
|
Sikap/Prilaku
ibu tentang Diare
·
Positif
·
Negatif
|
6
11
|
40,0
73,3
|
9
4
|
60,0
26,7
|
4
|
Kebiasaan
ibu mencuci tangan
·
Resiko
tinggi
·
Resiko
rendah
|
8
9
|
72,7
47,4
|
3
10
|
27,3
52,6
|
5
|
Penggunaan
Obat Diare
·
Resiko
tinggi
·
Resiko
rendah
|
12
5
|
54,5
62,5
|
10
3
|
45,5
37,5
|
Tabel 3 di atas
memperlihatkan pada variabel sanitasi air bersih jumlah anak balita yang
menderita diare mempunyai frekuensi lebih banyak pada kategori memiliki
sanitasi air jernih, yakni 10 orang
(52,6%) dibandingkan dengan anak balita yang keluarganya memiliki
sanitasi air tidak jernih frekuensi anak balita yang mendertita diare sebanyak
7 orang (63,26%). Hal ini berbeda dengan anak balita yang tidak menderita
diare, dimana yang memiliki sanitasi air berasih jernih mempunyai frekuensi
lebih banyak tidak mendertita diare, yakni 9 orang (47,4%) dibandingkan dengan anak
balita yang keluarganya memiliki sanitasi air tidak jernih lebih sedikit yang
menderita diare, yakni 4 orang (36,4%). Selanjutnya pada variabel pengetahuan
jumlah anak balita yang menderita diare mempunyai frekuensi lebih banyak pada
kategori pengetahuan orangtua yang cukup, yakni 9 orang (52,9%) dibandingkan
dengan orangtua yang berpengetahuan kurang frekuensi anak balita yang menderita
diare sebanyak 8 orang (61,5%). Hal ini berbeda dengan anak balita yang tidak
menderita diare, dimana orangtua yang mempunyai pengetahuan yang cukup
mempunyai frekuensi anak balita lebih banyak tidak menderita diare, yakni 8
orang (47,1%) dibandingkan dengan orangtua yang mempunyai tingkat pengetahuan
kurang lebih sedikit anak balita yang menderita diare, yaitu 5 orang (38,5%).
Pada variabel
sikap dan prilaku tentang diare, para ibu yang mempunyai anak balita, yang
mempunyai sikap positif tentang diare mempunyai frekuensi lebih sedikit, yakni
6 orang (40%) dari responden yang memiliki sikap negatif terhadap diare yaitu
11 orang (73,3%). Hal ini berbeda dengan
responden yang anak balitanya tidak menderita diare, dimana yang memiliki sikap
negatif tentang diare, yakni sebanyak 4 orang (26,6%). Sedangkan responden yang
mempunyai sikap positif ada 9 orang (60%).
Variabel
kebiasaan ibu mencuci tangan sebelum memberi makan kepada anak balita
memperlihatkan jumlah responden yang anak balitanya menderita diare mempunyai
risiko yang rendah terhadap kejadian diare mempunyai frekuensi lebih banyak 9
orang (47,4%) dibandingkan dengan responden yang mempunyai risiko tinggi tidak
mencuci tangan sebelum memberi makan kepada anak balita dengan frekuensi 8
orang (72,7%). Sedangkan pada responden yang anak balitanya tidak menderita
diare, menunjukkan perbedaan yang sangat menyolok, yakni jumlah responden yang
mempunyai resiko rendah tidak mencuci tangan ketika memberi makan kepada anak
balita, yakni sebanyak 10 orang (52,6%) dibandingkan dengan frekuensi responden
yang tidak mencuci tangan sebelum memberi makan kepada anak balita mempunyai
risiko tinggi, yakni sebanyak 3 orang (27,3).
Pada
variabel penggunaan obat diare, responden yang anak balitanya menderita diare
mempunyai frekuensi lebih banyak yakni 5 orang (62,5%) pada penggunaan obat
diare yang mempunyai risiko rendah dibandingkan dengan frekuensi responden yang
mempunyai risiko tinggi yakni 12 orang (54,5%). Pada responden yang anak
balitanya tidak menderita diare, responden yang mempunyai risiko tinggi
mempunyai frekuensi lebih banyak yakni 10 orang (45,5%) dibandingkan dengan
responden yang mempunyai risiko rendah yakni ada 3 orang (37,5%).
4. Uji Hipotesis
Uji
hipotesis tentang hubungan antara variabel bebas dan terikat dilakukan dengan
melakukan uji statistik Fisher Exat test. Hasil uji tersebut diperoleh nilai
proporsi (p-value) pada alfa α = 0,05. Dalam laporan ini pengambilan kesimpulan
didasarkan pada perolehan nilai p (proporsi) dibandingkan dengan nilai alfa
yang ditentukan yakni alfa α = 0,05. Hasil analisis tersebut seperti terbaca
pada tabel 4 berikut.
Tabel 4: Hubungan variabel sanitasi air
bersih dan perilaku dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja
Rumah Sakit Fatima Kota Parepare,
2010
No
|
Variabel
|
Kejadian Diare
|
P
(Significancy)
|
|||
Ya
|
Tidak
|
|||||
F
|
%
|
F
|
%
|
|||
1
|
Sanitasi
air bersih
·
Jernih
·
Tidak
jernih
|
10
7
|
52,6
63,6
|
9
4
|
47,4
36,4
|
0,708
|
2
|
Pengetahuan
ibu
·
Cukup
·
Kurang
|
9
8
|
52,9
61,5
|
8
5
|
47,1
38,5
|
0,721
|
3
|
Sikap
ibu tentang diare
·
Positif
·
Negatif
|
6
11
|
40,0
73,3
|
9
4
|
60,0
26,7
|
0,139
|
4
|
Kebiasaan
ibu mencuci tangan sebelum memberi makan kepada anak balita
·
Risiko
tinggi
·
Risiko
rendah
|
8
9
|
72,7
47,4
|
3
10
|
27,3
52,6
|
0,259
|
5
|
Penggunaan
obat diare
·
Risiko
tinggi
·
Risiko
rendah
|
12
5
|
54,5
62,5
|
10
3
|
45,5
37,5
|
1,00
|
Tabel
4 di atas memperlihatkan semua variabel perilaku (meliputi pengetahuan dan
sikap tentang diare, kebiasaan mencuci tangan sebelum memberi makan kepada anak
balita) tidak mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kejadian diare (p-value
> 0,05). Secara terperinci dijelaskan sebagai berikut. Pada variabel pengetahuan
responden menunjukkan tidak adanya hubungan dengan kejadian diare (p-value: 0,721
> 0,05); variabel sikap responden menunjukkan tidak adanya hubungan dengan
kejadian diare (p-value : 0,139 > 0,05); variabel kebiasaan mencuci tangan
sebelum memberi makan kepada anak balita menunjukkan tidak adanya hubungan
dengan kejadian diare (p-value : 0,259 > 0,05), dan variabel penggunaan obat
diare menunjukkan tidak adanya hubungan dengan kejadian diare (p-value : 1.00 > 0,05).
Demikian juga
dengan variabel sanitasi air bersih menunjukkan tidak adanya hubungan dengan
kejadian diare (p-value : 0,708 > 0,05).
PEMBAHASAN
Penelitian
ini memperlihatkan kejadian diare selama periode Januari sampai Oktober 2010 di
wilayah kerja Rumah Sakit Fatima Kota Parepare. Hasil analisis statistik memperlihatkan
bahwa tidak ada hubungan signifikant atau bermakna antara faktor sanitasi air
bersih, pengetahuan dan perilaku ibu terhadap kejadian diare pada anak balita
di wilayah kerja Rumah Sakit Fatima Kota Parepare. Ada dua alasan yang bisa
diberikan mengapa hal ini bisa terjadi. Pertama,
jumlah sampel anak balita yang menderita diare sangat kecil dibandingkan dengan
yang tidak menderita diare, yakni 13 vs 17. Jumlah ini sangat mempengaruhi
hasil yang diperoleh. Kedua,
tidak terlihat perbedaan yang menyolok antara sanitasi air bersih, pengetahuan
dan perilaku ibu yang mempunyai anak balita yang terpilih sebagai responden.
Hal itu menunjukkan bahwa kejadian diare yang terjadi di wilayah kerja Rumah
Sakit Fatima Kota Parepare periode Januari-Oktober 2010 tidak banyak disebabkan
oleh faktor sanitasi air bersih, pengetahuan dan perilaku ibu seperti yang
diharapkan dalam penelitian ini. Dengan demikian upaya intervensi melalui perbaikan
sanitasi air bersih, peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku hidup sehat
tidak banyak membantu menghentikan kejadian diare yang ada. Meskipun demikian,
jumlah anak balita yang menderita diare terlihat tidak jauh berbeda dengan yang
tidak menderita diare (13 vs 17). Hal tersebut tidak dapat dijelaskan lebih
lanjut dalam penelitian ini. Namun ada kemungkinan terjadi ditunjang oleh
jumlah sampel yang adekuat. Apabila jumlah sampel pada anak balita yang
menderita diare mencukupi, maka peningkatan seperti ini dapat terlihat juga.
Penelitian
ini juga memperlihatkan bahwa hubungan kejadian diare, khususnya pengetahuan
ibu yang mempunyai anak balita, terlihat lebih rendah pada ibu yang berasal
dari tingkat pendidikan lulusan SD dibandingkan ibu dari tingkat pendidikan lulusan
SLTA dan Perguruan Tinggi. Hal itu memperlihatkan bahwa kondisi anak balita
yang menderita diare berasal dari keluarga yang berpendidikan rendah tampak
berbeda dengan anak balita yang menderita diare berasal dari keluarga yang berpendidikan
tinggi. Seperti kondisi tempat tinggal, lingkungan dan sanitasi air bersih yang
terlihat mencolok pada kedua tingkat pendidikan ibu dapat memberikan alasan
terjadinya hal ini. Dengan demikian, kesenjangan yang terlihat antara ibu yang
berpendidikan rendah dan tinggi tampak lebih besar pengaruhnya terhadap
kejadian diare. Tetapi hal itu tidak kelihatan hubungan dalam uji hipotesis. Hasil
uji hipotesis terhadap variabel bebas dan terikat dengan melakukan uji
statistik Fisher Exat test diperoleh nilai proporsi (p-value) lebih besar dari
nilai alfa (α = 0,05). Ada kemungkinan responden ibu yang mempunyai anak balita
ketika menjawab pertanyaan kuisioner kurang tepat. Dengan demikian dugaan
adanya kesalahan dalam proses pengisian kuisioner bisa terjadi. Penelitian berikutnya
diharapkan dapat melihat perbedaan ini.
Bila
dihubungkan hasil penelitian yang terlihat pada analisis hubungan antara faktor
sanitasi air bersih, pengetahuan dan perilaku ibu terhadap kejadian diare pada
anak balita di wilayah kerja Rumah Sakit Fatima Kota Parepare, maka sepertinya
terlihat tidak adanya hubungan. Jumlah anak balita yang menderita diare lebih rendah dibanding jumlah yang tidak
menderita diare. Begitupun dengan jumlah tingkat pendidikan ibu yang rendah
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ibu yang berpendidikan tinggi. Tetapi
hal itu tidak ada hubungan langsung dengan kejadian diare pada anak balita di
wilayah kerja Rumah Sakit Fatima Kota Parepare.
Ada kemungkinan faktor lainnya yang juga merupakan bagian dari penyebab
kejadian diare secara keseluruhan seperti perubahan suhu udara, kelembaban, pergantian
musim, kebersihan lingkungan, pola dan menu makanan, program pencegahan
kesehatan, promosi atau penyuluhan kesehatan yang berkesinambungan, budaya sehat
dan sadar sehat serta masih banyak faktor lainnya yang ada di masyarakat yang
dapat memberi kontribusi pada kejadian diare.
KESIMPULAN
Penelitian
ini telah memperlihatkan bahwa tidak adanya hubungan antara variabel sanitasi
air bersih, pengetahuan dan perilaku ibu terhadap kejadian diare pada anak
balita di wilayah kerja Rumah Sakit Fatima Parepare. Meskipun hasil penelitian
tidak dapat membuktikan adanya hubungan yang bermakna, tetapi dalam
kenyataannya masalah sanitasi air bersih, pengetahuan dan perilaku ibu sangat erat
kaitannya dengan masalah kesehatan anak balita. Oleh karena itu, upaya program
perbaikan sanitasi air bersih, peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku
ibu ke arah perilaku mendukung praktek hidup sehat sangat tetap diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suririnah,
‘Diare, Available Grom’,
http//google.coom, diakses pada 17 September 2010.
2. K.F. Novak, M.
Govindaswami, J.L. Ebersole1, W. Schaden, N. House3, and M.J. Novak, ‘Effects of Low-energy Shock Waves on Oral Bacteria’,
Center for Oral Health
Research, College of Dentistry, University of Kentucky, 2008.
3.
Wiku Adisasmito, ‘Risk Factors of Diarrhea in
infants and children in Indonesia’: Systematic Review of Academic Research Public Health, Department of Health Administration and Policy, School of Public Health,
Universitas Indonesia, Makara,
Health, Vol. 11, No. 1, June 2007.
4. Http//Astaqauliyah.com/2010/
Artikel Kedokteran Patofisiologi: ‘Gejala-Gejala Klinik dan Penatalaksanaan Diare’,
diakses 18 September 2010.
5. Ridwan Amiruddin, dkk, ‘Current Issue Kematian anak
(Penyakit Diare)’, Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan
Epidemiologi Universitas Hasanuddin Makassar, 2007.
6. Sugiyono,
Statistik Untuk Penelitian,Penerbit Alfabeta Bandung, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar